MERANGKAK DARI KETIDAKMERATAAN

Canang Pessel
0


Oleh Saima Wanita

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang


Negara kok cuman modal luas wilayah doang toh pembangunan daerahnya juga masih pilih kasih!. Negara sudah sepantasnya menjamin kesejahteraan rakyatnya, sesuai dengan pancasila ke-5 bahwa “keadilan sosial bagi SELURUH RAKYAT INDONESIA”. Mana bukti nyata dari pengaplikasian sila ke 5 ini? jangan bahas lebih jauh terkait keadilan.


 Disini saya ingin fokus pada satu topik saja tentang pembangunan dan peran pemerintahan di masyarakat. Memang sudah sama-sama kita ketahui bahwa mungkin negara sudah selalu berupaya untuk membenahi setiap sudut daerah tempat hidup dan harapan bagi warga nya, namun ternyata mendapati banyak tantangan ketidakmerataan.


 Hidup dizaman yang serba mudah pada saat ini, menjadi sebuah privillage yang patut untuk disyukuri bagi yang merasakan kemudahan itu tentunya. Lalu yang tidak merasakannya bagaimana? Kemudahan yang serba ada, harusnya sangat memungkinkan setiap daerah untuk mulai membangun diri menjadi sebuah pusat pelayanan yang layak. Namun, pada kenyataannya kehidupan yang layak masih menjadi tantangan yang belum terselesaikan sampai saat ini. tak dapat dipungkiri lagi bahwa banyak daerah di Indonesia masih belum terlepas dari julukan terpencil dan tertinggal.


Kembali muncul pertanyaan bahwa benarkan ketidaklayakan atas masih banyaknya daerah yang terpencil dan tertinggal tersebut adalah sebuah tantangan atau sebuah dampak dari ketidakadilan Pemerintah dalam membangun daerah? 


Desa langgas, kabupaten tebo, provinsi jambi menjadi sebuah daerah yang terlihat nyata oleh  penulis menemukan bukti bahwa kelayakan hidup bagi masyarakat indonesia masih belum tersebar rata. Jauhnya jarak dari pusat keramaian menyebabkan masyarakat yang tinggal didalamnya harus menyebrangi sungai batang hari terlebih dahulu. Tentunya ini menjadi aktivitas yang sudah sangat lumrah dilakukan oleh masyarakat setempat jika hendak melakukan aktivitas seperti ke puskesmas ataupun layanan umum lainnya. bayangkan saja jika hendak kepuskesmas harus menempuh jarak kurang lebih 3 jam melewati hutan yang masih bersahabat dengan pohon-pohon besar kemudian masih harus menyebrangi sebuah sungai Batanghari ‘bertarif Rp. 10.000,- untuk roda dua (motor),  tiba-tiba motor mati atau ada kendala lain dijalan? Siapa yang mau dimintai tolong? Sinyal atau jaringan tidak ada, jauh dari penduduk lalu bagaimana? Yasudah pasrah saja. 



Penulis sudah berdomisili di desa langgas ini sejak 2020 yang saat itu baru lulus SMP hingga sekarang sudah berkuliah. Sebagai mahasiswa perantau diluar daerah tentu menjadi perbandingan yang dilihat penulis disetiap tahunnya bahwa perkembangan didesa ini sangat lambat.


Kesulitan dalam menjalani aktivitas kehidupan sudah menjadi hal yang dimaklumi bagi masyarakat setempat. Jauhnya akses pelayanan masyarakat seperti puskesmas yang sudah disebutkan tadi, kelurahan, kemudian tidak tersedianya jaringan/sinyal biasa, tanah liat yang masih memeluk erat disepanjang jalan sehingga menyebabkan tidak bisa dilewati pada saat hujan turun, tidak adanya layanan listrik menyebabkan masyarakat harus bergantung kepada sinar matahari agar malam harinya mereka tetap diterangi cahaya lampu yang seadanya, dan akses pendidikan yang hanya tersedia sekolah jauh Sekolah Dasar dan SMP Satu Atap dengan fasilitas yang masih belum memenuhi kriteria layak digunakan, sehingga menyebabkan Orang tua dari Anak-anak yang tinggal di desa ini harus menyekolahkan anak nya untuk melanjutkan pendidikan di tingkat SMA sederajat diluar daerah yang jaraknya juga cukup jauh. Kesulitan-kesulitan ini sangat memprihatinkan, rasanya tidak adil saat melihat daerah-daerah lain yang sudah merasakan sejak lama fasilitas-fasilitas yang umum dirasakan oleh masyarakat contoh kecilnya listrik saja,  ternyata hingga saat ini belum dirasakan oleh masyarakat didesa langgas. 



Siapa yang tidak tau dengan film laskar pelangi? Sebuah film yang sangat populer tahun 2008 dan masih membekas kesannya hingga saat ini.  dalam film ini menggambarkan seorang anak yang memiliki mimpi dan tujuan besar dimasa depan dengan berusaha keras menempuh pendidikan disekolah yang kondisinya sangat memprihatinkan. 



Penulis menggambarkan bahwa desa langgas ini ibarat anak tersebut yang memiliki harapan luar biasa untuk daerahnya, dengan mengupayakan yang terbaik. salah satu contoh upaya masyarakat setempat ialah dengan tetap menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang tersedia baik itu didalam desa maupun diluar desa tersebut, tentunya dengan harapan anak-anak mereka dapat menjadi orang yang bisa diharapkakn memberikan perubahan dan kemajuan bagi desa tersebut. penulis yakin yang merasakan hal ini bukan hanya desa langgas saja, melainkan banyak daerah lainnya yang juga kurang mendapat sebuah perhatian dari Pemerintah. 


Desa langgas dan desa-desa lain di indonesia yang masih dibeleggu dengan julukan terpencil dan tertinggal tadi menjadi dampak dari ketidakadilan pemerataan perhatian pemerintahan daerah bahkan pusat. Ini tidak adil bagi masyarakatnya terkhusus bagi anak-anak didaerah tersebut yang tidak merasakan fasilitas yang seharusnya didapatkan, kemudian hal ini dikhawatirkan menjadi alasan ketidakmajuan daerah tersebut bukan hanya bagian fasilitas kelayakan hidup saja tetapi sumber daya manusianya yang masih dibawah rata-rata. 


Saya harap pemerintahan dapat lebih meningkatkan fokus terhadap sebuah kemajuan setiap daerahnya.  Dalam artian tidak meng-anak tirikan bagi daerah-daerah yang masih jauh jangkauannya dari pusat kota. saya menawarkan solusi untuk pemberian anggaran yang transparansi kepada pemerintahan daerah yang bersangkutan yang kemudian terus dimonitoring pelaksanaannya agar desa-desa yang belum memilki kelayakan dalam menerima fasilitas umum dan lainnya tersebut dapat mewujudkan cita-cita menjadi sebuah desa yang bisa menjadi tempat masyarakatnya menjalani kehidupan yang maju sebagaimana kehidupan daerah lainnya yang sudah sejak lama bersentuhan dengan perkembangan zaman. Mereka yang jauh dari pusat kota juga rakyat indonesia, mereka juga pantas untuk merasakan apa yang daerah kota rasakan, dan mereka juga bagian dari indonesia bukan hanya tempat mengorek pajak semata.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(50)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top