Pak Udin adalah tulang punggung keluarganya. Setiap hari, ia berangkat pagi buta dan pulang larut malam karena jauhnya jarak demi memehuni kebutuhan keluarga. Rumah dan keluarga sangat ia rindukan, tapi demi anak istrinya, ia terus berjuang. Sudah beberapa tahun ia mengorbankan waktu bersama keluarga demi pekerjaan.
Hati Pak Udin terasa sesak. Ia merindukan saat-saat sederhana bersama keluarga, seperti makan malam bersama, ngaji dan sholat bersama atau sekadar mengantar anak ke sekolah. Akhirnya, dengan keberanian yang besar, Pak Udin memutuskan untuk menemui atasannya. Dengan suara bergetar, ia menceritakan semua kerinduannya pada keluarga.
Atasan Pak Udin mendengarkan dengan seksama. Beliau memahami betul betapa berat beban yang dipikul Pak Udin. Setelah perbincangan panjang, atasan Pak Udin memberikan solusi yang mengejutkan. Pak Udin sangat bersyukur atas pengertian atasannya. Sebenarnya ia tak ingin menyampaikan keluh kesahnya tapi karena sudah ia coba bertahan beberapa tahun.
Ditambah lagi ada hal lain yang membuatnya berani mengutarakannya pada atasan karena ada yang akan menggantikan posisinya yang sudah lebih dulu darinya. Keadaan ini mengetuk pintu hatinya "andai saya di posisi dia" bagaimana perasaan saya. Meskipun secara kedinasan ini tak ada salahnya namun kita manusia punya hati dan perasaan tidak bisa kita tutupi.
Sebelumnya juga ada masukan dari teman sebaya "dari pada berpisah dengan keluarga sebaiknya bawa saja keluarganya", ia. Ini ada baiknya juga agar lebih fokus dan tenang dalam bekerja, namun hal itu tentu tidak semua orang bisa melakukannya bagi yang bebas artinya istri yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) saja tentu tak masalah. Lain halnya jika istri/suaminya juga bekerja, ini kendala.
Kondisi inilah yang membuatnya memberanikan diri untuk bicara mengetuk pintu hati atasannya, ternyata hal ini membuahkan hasil ada jalannya setiap masalah tentu ada solusinya, nah disinilah terlihat bagaimana seharusnya bersikap jika bertemu kondisi seperti ini, pemimpin yang bijak ia merasakan apa yang dirasakan orang lain bukan sebaiknya, orang lain harus seperti dirinya.
Fleksibel bahasa anak sekarang, bahasa dulunya "tagangnyo menjelo-jelo kanduanyo badantiang-dantiang" ada saatnya kita memperlonggar ikatan agar tak terlalu rusak yang diikat dan ada pula saatnya kita memperkuat ikatan agar tak terserak-terserak pula dia. Pandailah saudara membahasakannya.
Kisah Pak Udin ini mengajarkan kita tentang arti pengorbanan seorang ayah untuk keluarganya. Juga tentang pentingnya komunikasi yang baik antara pekerja dan atasan.
Terima kasih Pak Udin telah berbagi👍