Ulakan Tapakih, CanangNews - Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 5 Padang Pariaman melaksanakan kegiatan Panen Karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan Lil 'Alamin (P5RA) dengan tema kearifan lokal berupa "Tradisi Malamang dan Makan Bajamba" untuk Siswa Kelas VII. Sementara tema kebhinekaan "Peragaan Pakaian Adat" yang dibuat oleh siswa sendiri untuk siswa kelas VIII.
Kedua kegiatan tersebut, digelar di halaman madrasah dan mushalla MTsN 5 yang berlokasi di Nagari Tapakih, Kecamatan Ulakan Tapakih, Sabtu (26/10/2024).
Acara panen karya P5RA dihadiri dan dibuka oleh Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kabupaten Padang Pariaman H Syafrizal didampingi Kasubag TU Rasman, Kasi Penmad, Suhendrizal dan Kepala Madrasah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman.
Kedatangan Kepala Kantor Kemenag dan rombongan, disambut oleh Kepala MTsN 5 Padang Pariaman Salvina didampingi Kepala Urusan Tata Usaha dan para Wakil Kepala beserta seluruh majelis guru.
Untuk diketahui, tradisi malamang dan makan bajamba merupakan warisan adat dan budaya dari generasi dahulu masyarakat di Ulakan Tapakih dan Padang Pariaman secara umum. Tradisi ini perlu dijaga eksistensinya sehingga perlu adanya generasi penerus.
Dalam upaya pelestarian tradisi ini serta meningkatkan kompetensi dan untuk membentuk karakter peserta didik, MTsN 5 Padang Pariaman menerapkannya kepada siswa dalam bentuk kegiatan P5RA. Kegiatan ini sebagai wujud implementasi kurikulum merdeka di madrasah.
Proses kegiatan malamang oleh siswa-siswi MTsN 5 ini sudah dimulai beberapa hari sebelumnya. Seluruh peralatan dan bahan yang dibutuhkan telah disiapkan oleh siswa. Mulai dari mengambil bambu (talang), daun pisang dan selanjutnya memasukkan daun kedalam bambu hingga proses memasaknya.
Proses pembuatan lamang, dimulai dengan mencuci dan meniriskan beras ketan lalu mencampurnya dengan santan. Campuran ini, kemudian dimasukkan ke dalam bambu yang telah dilapisi dengan daun pisang. Bambu tersebut, kemudian dibakar hingga beras ketan di dalamnya matang. Setelah matang, lamang pun siap disajikan.
Semua proses persiapan membuat lamang tersebut dilakukan oleh siswa perempuan. Sedangkan untuk proses membakar lamang dibantu oleh siswa laki - laki didampingi oleh guru pembimbing P5RA.
Pada kesempatan itu, Kepala MTsN 5 Salvina mengatakan, walaupun banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia, tetapi siswa harus selalu menjaga dan melestarikan adat dan budaya bangsa sendiri. Dengan demikian, tradisi malamang dan makan bajamba tersebut akan menjadi kearifan lokal di nagari setempat.
"Di samping untuk menjaga dan memelihara kearifan lokal, kegiatan membuat lamang dan hidangan bajamba juga dapat membantu siswa untuk mengenal budaya dan membangun kekompakan antar peserta. Selain itu, juga untuk membangun kebersamaan, saling menghargai antara guru dan peserta didik kita," kata Salvina.
Sementara Kakankemenag Syafrizal dalam sambutannya menyatakan penghargaan kepada Kepala MTsN 5 Salvina yang telah banyak melakukan inovasi di madrasah yang dipimpinnya. Seperti dalam kegiatan ini, siswa dibekali dengan ilmu membuat lamang dan menyusun hidangan jamba.
"Tidak banyak madrasah yang melakukan hal ini, dengan mengajarkan langsung kepada siswa proses pembuatan lamang, mulai dari pengambilan bambu sampai membakar lamang," ujarnya.
Kakankemenag Syafrizal juga mengatakan, kegiatan malamang sejatinya sudah dimulai dengan kerjasama dan saling menghargai antara guru dan siswa.
"Siswa perlu disadarkan untuk menghargai guru sebagai pemberi ilmu. Peran guru sangat penting dalam kehidupan karena ilmu pengetahuan itu penting bagi siswa agar mereka menjadi orang yang sukses di masa depan serta berguna bagi lingkungan," katanya lagi.
Terakhir, Kakankemenag Syafrizal menyatakan harapan, semoga kegiatan ini dapat terus berlanjut sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar dari proses kegiatan P5RA.
"Mudah-mudahan, kegiatan ini diberkahi dan mendapat ridha dari Allah ï·»," ulas Kakankemenag Syafrizal. (Humas/Irmeliza)