PAINAN – Sudah enam bulan berlalu sejak bencana banjir melanda Kecamatan Lengayang, Pesisir Selatan, namun dampaknya masih sangat dirasakan oleh masyarakat setempat.
Banjir tersebut menghancurkan infrastruktur pengairan yang menyebabkan 10.251 hektar lahan sawah terbengkalai.
Hal ini mengancam perekonomian lebih dari 52 ribu jiwa yang menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian.
Lengayang, yang dikenal sebagai salah satu lumbung penghasil padi terbesar di Pesisir Selatan, kini dalam kondisi krisis.
Pengairan sawah yang rusak akibat banjir belum mendapat perbaikan, dan hingga kini belum ada upaya nyata dari pihak pemerintah ataupun pihak lainnya untuk memulihkan keadaan.
Kondisi ini diperparah dengan ketidakmampuan para petani untuk turun ke sawah karena lahan yang masih dalam keadaan rusak parah.
Tokoh masyarakat Pesisir Selatan asal Lengayang, Darwiadi, menyampaikan keprihatinannya terhadap situasi yang semakin mendesak ini.
"Sekitar 10.251 hektar sawah yang terbengkalai. Para petani di sini tidak bisa berbuat banyak karena irigasi yang hancur belum juga diperbaiki. Lengayang sebagai lumbung penghasil padi terbesar di Pessel terancam hilang, dan 52 ribu jiwa penduduk Lengayang berada di ujung jurang kemiskinan," ujar Darwiadi.
Ia menegaskan, kondisi ini membutuhkan perhatian serius dari pemerintah, karena lambatnya penanganan bencana berpotensi menyebabkan dampak yang lebih luas, terutama pada sektor ekonomi.
Menurutnya, pihak-pihak yang berwenang harus segera turun tangan untuk memperbaiki infrastruktur pengairan agar sawah-sawah yang ada bisa kembali digarap.
"Siapa yang akan bertanggung jawab jika masyarakat Lengayang jatuh miskin? Ini bukan hanya masalah ekonomi, tapi juga masalah sosial yang bisa berdampak panjang. Kita tidak bisa diam saja. Warga Lengayang, tokoh masyarakat, pemuda, dan mahasiswa harus segera bersuara untuk mencari solusi," kata Darwiadi.
Darwiadi mengajak seluruh elemen masyarakat Lengayang untuk bersatu, bangkit, dan berjuang menghadapi tantangan ini.
"Kita harus bangkit, berjuang, dan berjihad demi menyelamatkan masyarakat Lengayang dari ancaman kemiskinan. Hanya dengan bersatu kita bisa membuat perubahan dan mendorong pemerintah serta pihak terkait untuk mengambil tindakan cepat," tambahnya.
Saat ini, para petani di Lengayang hanya bisa berharap bahwa upaya mereka bersuara akan membuahkan hasil. Mereka memerlukan bantuan segera untuk memperbaiki sistem irigasi dan memulihkan kembali lahan sawah yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi wilayah tersebut. Jika tidak ada langkah konkret dalam waktu dekat, ancaman kemiskinan yang disebutkan Marwiadi bisa menjadi kenyataan yang menyakitkan bagi masyarakat Lengayang.
Warga berharap bahwa pemerintah dan pihak-pihak berwenang segera merespons seruan ini agar bencana sosial dan ekonomi yang lebih besar dapat dihindari.