Menghimpun Ulama'
Beliau [Al-Mukarram Syekh Sulaiman Ar-Rasuli] menghimpun ulama-ulama terkenal Minang Kabau seperti Syekh Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang, Syekh Abdul Wahid Al-Shalihy Tabek Gadang Payakumbuh, Syekh Abbas Ladang Lawas, Syekh Arifin al-Rasyidi Batu Hampar Payakumbuh, Syekh Muhammad Salim Bayur Maninjau, Syekh Khatib Ali Padang, Syekh Muhammad Sa'id Bonjol Pasaman, Syekh Machdum Tanjuang Bingkuak Solok, Syekh Muhammad Yunus sasak Pasaman, Syekh Adam Palembayan Agam, Syekh Hasan Basri Maninjau, Syekh Abdul Madjid Koto Nan Gadang payakumbuh, Syekh Muhammad Zein Simabur Batu Sangkar, Syekh Djalaluddin Sicincin, Syekh Tuanku Mudo Alwi Koto Nan Ampek Payakumbuh.
Upaya ini adalah untuk memperkokoh peranan "Kaum Tuo" sebagai pengembangan "Thariqat" dan dipertajam dengan pengembangan paham (Aqidah) Ahlussunnah Wal Jama'ah dan dalam Syari'at menganut Ajaran Madzhab Imam Syafi'i. Pada hakikatnya semua Ulama tersebut juga memiliki Surau Pengajian "halaqah" masing-masing dimana beliau bermukim.
Hasil Musyawarah dan Mufakat diwujudkan menjadi sebuah pertemuan/rapat lengkap kaum tuo di Canduang kabupaten Agam, tanggal 5 Mei 1928. Disimpulkan pada pertemuan tersebut seluruh Madrasah-madrasah, halaqah yang tersebar di Minang Kabau (Sumatera Barat) resmi diubah sistem pembelajarannya secara klasikal (sistem halaqah menjadi berkelas) dengan melengkapi sarana pendidikan seperti sekarang. Sehingga membuat Ranah Minang menjadi semarak dan tumbuh berbagai Madrasah.
Sedangkan sebelumnya (1921-1928) membentuk Organisasi Ulama Minang Kabau yang sepaham menganut paham dalam I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah dan Syari'at Madzhab Imam Syafi'i bernama "Ittihadul Ulama Minang Kabau" secara tegas Organisasi ini merupakan tempat berkumpulnya Ulama-ulama Sunniyah-Syafi'iyah mengkaji dan mengeluarkan Fatwa Agama.
Pada pertemuan tanggal 5 Mei 1928 yang dihadiri oleh Ulama Sunniyah-Syafi'iyah se Minang Kabau juga sekaligus dideklarasikan berdirinya organisasi pengelolah Madrasah se Minang Kabau sebagai wadah komunikasi madrasah-madrasah diberi nama dengan : Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah [PMTI]. Dan seluruh Madrasah yang ada diberi nama Madrasah Tarbiyah Islamiyah [MTI] yang pada awalnya tercatat sebanyak 585 madrasah sebagai pengembang ajaran Sunniyah-Syafi'iyah diseluruh Indonesia diwadahi oleh Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah.
Pada kesempatan yang bersamaan, diatas bangunan yang sederhana dan memadai. Sebelumnya bangunan tersebut diprakarsai oleh penguasa Damang Distrik IV Angkek Canduang/Tilatang Kamang (Pemerintah Belanda) Datuak Batuah dan Masyarakat sekitar membangun ruang belajar 7 lokal selama 80 hari yang materialnya berasal dari Masyarakat.
Tanggal 15 Zulqaidah 1346 H/5 Mei 1928 diresmikan berdirinya Madrasah Tarbiyah Islamiyah pertama diantara yang ada dilingkungan Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah yang kini telah tersebar diseluruh tanah air.
Syekh Sulaiman Ar-Rasuli dilahirkan di desa Batu Balantai, Kenagarian Canduang Koto Laweh, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, tepatnya pada Tanggal 10 Desember 1871 bertepatan dengan 20 Muharram 1297 H. Ayah beliau bernama Angku Mudo Muhammad Rasul sebagai perintis "Halaqah" di Canduang, dan Ibu beliau bernama Ibu Siti Buliah, suku Chaniago, seorang wanita yang taat beragama dan menjunjung tinggi adat istiadat yang luhur. Setelah menikah Beliau Syekh Sulaiman Ar-Rasuli diberi gelar Pusako dari suku Chaniago yaitu : Malin Mangiang.
Sumber Bacaan :
Kilas Sejarah SYEKH SULAIMAN ARRASULI
(Pejuang Pendidikan dan Ulama Pejuang)
Oleh : YB Arrasuli (Cucu Pendiri, putra dari Syekh Bahruddin Arrasuli).
(@PardiS-Anak Amak)