Judul "Alih Aksara Serat Panji Balitar: Iyasan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan
Paku Buwana IV Kala Tahun 1732 Kasekaraken Dening Raden Panji Partakusuma" yang
ditulis oleh Radjiman, mengindikasikan sebuah karya alih aksara. Alih aksara berarti pengalihan tulisan dari aksara lama ke aksara yang lebih mudah dipahami.
"Alih Aksara Serat Panji Balitar" adalah sebuah buku yang berisi naskah kuno tentang kisah Panji, seorang tokoh legendaris Jawa yang terkenal dengan kisah cinta heroiknya. Naskah ini berasal dari masa
pemerintahan Susuhunan Paku Buwana IV pada tahun 1732 dan telah dialihkan aksaranya menjadi lebih mudah dipahami.
Buku ini memiliki nilai penting dalam melestarikan budaya dan sastra Jawa serta memberikan wawasan tentang kehidupan, kepercayaan dan nilai-nilai
masyarakat Jawa pada masa lampau. Namun, untuk memahami isi dan makna buku ini secara
lebih mendalam, diperlukan pembacaan langsung terhadap naskah yang sudah dialihkan aksara
atau penelusuran informasi lebih lanjut dari berbagai sumber.
Berikut beberapa poin penting dari buku ini:
• Kisah Panji: Menceritakan kisah cinta heroik Panji, seorang tokoh legendaris Jawa.
• Alih aksara: Naskah telah dialihkan dari aksara lama ke aksara yang lebih mudah dipahami.
• Masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwana IV: Naskah kemungkinan dibuat atau digunakan pada masa itu.
• Nilai budaya: Buku ini memiliki nilai penting dalam melestarikan budaya dan sastra Jawa.
• Wawasan sejarah: Memberikan wawasan tentang kehidupan, kepercayaan, dan nilainilai masyarakat Jawa pada masa lampau.
Mari kita uraikan judul tersebut untuk memahami isi buku:
• Alih Aksara: Ini merujuk pada proses alih aksara, yaitu mentranskripsikan teks dari aksara lama, kemungkinan aksara Jawa Kuno, menjadi aksara yang lebih modern, mungkin aksara Jawa Baru atau aksara Indonesia.
• Serat Panji Balitar: Ini merujuk pada naskah kuno yang bercerita tentang Panji. Panji adalah tokoh legendaris Jawa yang terkenal dengan kisah cinta heroiknya.
"Balitar" mungkin merujuk pada lokasi cerita atau tema khusus dalam kisah Panji.
• Iyasan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwana IV Kala Tahun 1732: Ini menjelaskan bahwa naskah tersebut kemungkinan dibuat atau digunakan pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwana IV dari Kesultanan
Mataram Kartasura pada tahun 1732.
• Kasekaraken Dening Raden Panji Partakusuma: Ini menunjukkan pelaku yang melakukan alih aksara adalah Raden Panji Partakusuma.
Beberapa pandangan tentang signifikansi buku ini:
• Pelestarian Budaya: Alih aksara dari naskah kuno merupakan upaya penting dalam melestarikan budaya dan sastra Jawa.
• Aksesibilitas Cerita: Dengan dialihkan ke aksara yang lebih mudah dipahami, kisah Panji menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat luas.
• Jendela ke Masa Lalu: Naskah tersebut mungkin memberikan informasi tentang kehidupan, kepercayaan dan nilai-nilai masyarakat Jawa pada masa Susuhunan Paku
Buwana IV.
Isi buku ini menceritakan kisah Panji, tokoh legendaris Jawa yang terkenal dengan kisah
cinta heroiknya.
• Dalam aksara yang lebih mudah dipahami: Teks naskah telah dialihkan dari aksara lama menjadi aksara yang lebih modern sehingga lebih mudah dibaca oleh masyarakat umum.
• Berkaitan dengan masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwana IV: Ada
kemungkinan naskah asli dibuat atau digunakan pada masa itu.
*) mahasiswi Semester IV Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (Unand) Padang