Warga tengah memanen cabai |
CANANGNEWS-Harga cabai keriting terus merangkak naik di Kabupaten Agam. Kekinian, harga jual komoditas pokok ini menyentuh Rp100 ribu perkilogram.
Kenaikan harga ini memberi berkah bagi petani cabai di daerah setempat. Omzet puluhan juta dirogoh dalam sekali panen.
Informasi dihimpun Minggu (3/3), di sejumlah pasar tradisional di Lubuk Basung, Kabupaten Agam, harga cabai masih merangsek naik. Pedagang eceren mematok harga Rp90-100 ribu untuk satu kilogram cabai merah keriting.
“Harga masih terbilang tinggi, kalau saya menjual Rp90 perkilo. Kalau untuk dijual kembali Rp80 perkilo. Seperempat Rp25 ribu,” ujar salah seorang pedagang sayur mayur di Pasar Serikat Lubuk Basung-Garagahan, Murni (42).
Hal senada juga diutarakan pedagang lainnya, Anto (32). Ia menyebut harga cabai merah keriting masih akan tetap bertahan untuk beberapa pekan kedepan. Bahkan, ia memprediksi harganya akan berpeluang naik dari harga sekarang.
“Cabai susah, petani setahu saya banyak gagal panen. Hukum pasar, stok sedikit harga naik. Apalagi mau bulan puasa,” bebernya.
Mahalnya harga di pasaran juga diamini petani cabai merah di Bandar Baru, Lubuk Basung Mardiyance. Ia menyebut, beberapa waktu terakhir harga jual cabai dari kebunnya juga turut naik.
Sehingga, ia mengaku kondisi kenaikan harga cabai merah keriting di pasaran mendatangkan untung baginya. Harga pasar yang tinggi, akan menutupi biaya pengolahan yang juga terbilang tinggi.
“Saat ini harga dari kebun saya patok Rp70 ribu perkilogram. Selisih Rp10 ribu dari harga di pasar,” sebutnya saat ditemui di lahan cabe miliknya di kawasan Bandar Baru.
Ia mengaku biaya pengolahan untuk lahannya yang berukurang lebih kurang setengah hektare itu mencapai Rp20 juta. Biaya tersebut mulai dari penyiapan lahan, bibit, perawatan hingga panen.
Saat ini katanya, cabai merah keriting di lahannya sebanyak kurang lebih 3.000 rumpun. Ia mengaku telah memanennya berkali- kali, dimana saat ini sudah memasuki fase buah kedua.
“Fase buah pertama, panen perdana mulai dari 10, 20, 35, 40, 50, 60 sampai 140 kilo. Sekarang sudah masuh masa panen fase buah kedua,” ungkapnya.
Ia mengaku sudah memulai pemanenan cabai sejak harga capai Rp50-Rp70 ribu di pasaran. Dari fase buah pertama katanya, ia sudah meraup pendapatan hingga Rp44 juta.
“Artinya untuk modal pertama sudah balik. Panen fase kedua ini tinggal untungnya saja lagi. Terakhir dipanen 70 kilogram. Kalkan saja itu,” ujarnya.
Dengan harga cabai merah keriting yang masih menanjak, ia mengaku mampu menutupi biaya perawatan seperti pemupukan dan penyemprotan hama. Ia biasa memupuk 2 kali dalam sebulan dengan biaya kurang lebih Rp500 ribu.
Berdasarkan pengalaman lanjutnya, harga jual cabai merah keriting di angka Rp50 ribu di kebun sudah cukup membuat petani cabai tersenyum. Apalagi, jika harga cabai tembus angka Rp100 ribu.
“Di angka Rp40 hingga Rp50 ribu harga di kebun sudah sangat kami syukuri. Tapi, jika harga cabai di bawah itu, hanya cukup pulang modal saja,” ujarnya.
Ia berharap, cabai miliknya akan terus tumbuh subur sehingga terus dapat memenuhi pasokan hingga lebaran mendatang. Dikatakan, saat ini tidak sedikit rekan-rekannya mengalami gagal panen.
“Alhamdulillah cabai saya selamat dan bisa dipanen. Cabai banyak kena, seperti di Maninjau, Silayang, Dama Gadang dan Padang Lariang,” sebutnya.