Kurang lebih 120 Menit (2 jam) ku tak sadar diri di RSUD Sungai Dareh, Kab. Dharmasraya.
Dharmasraya, Canangnews.com_Senin, 22/05/23 jam satu siang selepas zuhur dalam kondisi puasa saya digiring oleh salah seorang petugas dengan kursi roda menuju ruangan yang steril dingin sekali, sampai di kamar kecil petugas itu meminta saya untuk mencopot semua pakaian seingat saya yang tinggal saat itu hanya "cincuik" saja.
Setelah itu saya ditutupi dengan pakaian warna biru laut dan dua helai kain panjang kemudian saya dibawa memasuki ruangan yang sangat dingin sekali saya lihat di dalam ruangan itu ada seorang laki-laki yang saya kenal beliau melemparkan senyuman, kemudian ada beberapa orang wanita lengkap dengan pakaian seragam rapi wajahnya tertutup masker.
Seseorang yang saya kenal tadi datang menghampiri saya lalu mengambil satu alat mirip pena/pensil dikantongnya kemudian beliau mengoreskan alat itu ditubuhku untuk tanda, saya mulai ketakutan, tapi beberapa orang wanita tadi menghibur saya barangkali ia tahu saya ketakutan, dia mulai mengajak saya bercerita :
Siapa namanya pak? saya perlihatkan gelang tangan saya disitu ada nama saya, umur berapa pak? saya lihatkan kembali gelang itu setelah itu wanita tadi mengambil alat sepertinya itu bius yang dimasukannya lewat slang infus ditangan kiri saya, terasa dingin sekali, dimulai dari kaki hingga sampai dada.
Saya melihat ke arah wanita bermasker tadi kemudian dia berkata : istirahatlah pak ucapnya, saya baca doa mau tidur setelah itu saya tak ingat lagi yang saya ingat hanya ucapan terakhirnya tadi, karena saya sudah tak sadar diri, saya pamit kurang lebih 120 menit entah ke mana saya juga tak tahu.
Ketika saya bangun saya lihat tempatnya sudah berbeda, banyak tamu semuanya melihat ke arah saya, di samping saya ada istri dan anak saya mulai bertanya ini di mana? spontan istri saya menjawab di rumah sakit bi jawabnya. Setelah beberapa menit baru saya ingat tadi saya digiring masuk ruangan Op.
Alhamdulillah abi sudah sadar ucap anak saya, saya tanya berapa lama tadi abi dalam ruangan Op itu mi? sekitar 2 jamlah bi jawabnya. Jadi abi tak sadar diri selama 2 jam ya mi? istri saya menganggukkan kepala. Sekarang abi belum boleh makan minum ya? kenapa mi? pak dokter bilang puasa 6 jam setelah op, berarti abi puasa 12 jam ya? ia ucapnya.
Saya hitung-hitung jari tangan saya layaknya orang sedang berzikir, 6 jam sebelum op dan 6 jam pula setelah op, lama juga ya ucap saya dalam hati. Tak lama setelah itu saya mendengar suara azan melalui android saya, saya minta istri saya temani abi ke kamar mandi abi mau sholat ashar pinta saya, apa abi kuat jawabnya.
Kalau ndak kuat jangan dipaksakan tayamum saja ucapnya, saya mulai berfikir tayamum tentu pakai tanah/debu sementara saya tak bawa tanah akhirnya saya putuskan untuk ke kamar mandi saja. Setelah selesai wuduk saya katakan kepada istri kalau wuduk bisa dipakai untuk beberapa sholat yang penting wuduknya ndak batal, tapi kalau tayamum hanya bisa untuk satu sholat saja, Ooo gitu ya bi? ia mi.
Saya sebenarnya ingin mengajarkan kepada istri dan anak saya walau bagaimanapun kondisinya sholat jangan sampai ditinggalkan, tidak ada keringanan meninggalkan sholat yang ada hanya keringanan mengerjakan sholat, tak mampu berdiri bisa duduk, tak sanggup duduk berbaring, tak sanggup juga bisa dengan gerakan mata tak mampu juga bisa dengan hati, kalau tak mampu juga maka kita yang akan disholatkan orang.
Sholat itu berhentinya kalau kita sudah berhenti, itulah sedikit kisah yang bisa saya goreskan untuk kenangan buat saya, bahwa saya pernah pamit dari dunia ini kurang lebih selama 120 menit. Alhamdulilah saya kembali lagi, andai saya tak kembali saya sudah rela karena saya sudah berserah diri padaNya dengan doa :
بسمك اللهم اØيا واموت
Dengan menyebut nama-Mu ya Allah aku hidup dan aku mati.
(PardiS_Anak Amak)