Kamis (13/04/2023)
Puasa Hari ke-22
Hari ke-14 di Makkah
Tahajud Bersama Tidak Jadi
Tengah malam tadi selesai tarawih (tanpa witir) di trotoar samping Terminal Bus Ajyaad, kami bertemanan dengan Warga Saudia. Dia tampak baru mendapat musibah kecelakaan yang menyebabkan kaki kanannya sedang di-gips. Masih muda, katanya umurnya 45 tahunan, sepertinya yang bersangkitan pengusaha muda. Bersama dua orang putranya, ia membagi-bagikan air mineral dan teh panas manis. Apakah hanya waktu selesai tarawih ini saja ataukah tadi sejak waktu berbuka? Tak begitu terperhatian selama ini, karena di kawasan ini selalu saja ramai.
Menjelang pukul 00.00 kami minta izin dan pamit untuk pulang ke hotel lagi, sedang dia masih di sana bersama dua putranya dan kursi rodanya. Kedua putranya itu sangat aktif dan cekatan membagikan teh panas dan air mineral kepada siapa yang membutuhkan. Kira-kira putranya tersebut baru umuran 10 dan 9 tahunan.
Karena terlambat tidur dan istirahat maka baru terbangun menjelang pukul 04.00 dinihari. Tidak jadi ikut shalat malam dan tahajud berjamaah yang dimulai pukul 01.00 tadi dari Masjidil Haram. Oleh karena itu, menjelang masuk waktu subuh kami mengerjakan shalat malam saja sendiri di mushala hotel delapan rakaat ditambah tiga rakaat witir. Setelah itu baru menuju Haram untuk shalat subuh berjamaah.
Tawaf Hari ke 22
Ramadhan sudah memasuki hari ke-22, tetapi kami berada di Makkah baru memasuki Hari ke-14 karena sebelumnya ke Madinah dulu. Setharusnya kami melakukan tawaf sudah 14 kali, namun satu kali absen, karena satu hari tidak mengerjakan tawaf sunat sehubungan kesehatan agak menurun, di mana kedua kaki ini agak berat dan penat sehingga tidak kuat untuk tawaf. Kamis subuh ini merupakan tawaf ke 13 dikerjakan.
Pukul 07.00 baru selesai kemudian shalat bakda tawaf dua rakaat dan dilanjutkan shalat dhuha. Alhamdulillah.
Tadi mulai tawaf di lantai 2 pukul 05.41 dan selesai 7 putaran dalam kondisi jamaah agak longgar pukul 06.48. Selanjutnya, sebagaimana kebiasaan harian, maka akan ke toilet untuk bersih-bersih lagi dan kemudian istirahat sejenak. Biasanya di Toilet WC2 Laki-laki arah ke Ajyaad.
Karena ada janjian mau ketemu Pak Arsyad Nurdin, untuk bersih-bersih ini akan dipindahkan ke Toilet WC 6 atau 7 atau 8.
Sekarang mau exit Haram lagi.
Demikian informasi disampaikan via SMS. Bagaimana kabar Pak Arsyad? Di mana posisi sekarang?
Mungkinkah kira ketemu di antara lokasi di atas? Kalau tidak mungkin maka saya akan tetap seperti rutiniras saya biasa. Harap berkabar yaaa. Mungkin bisa antara pukul 07-08.30 ini?
Karena tidak ada respons, maka rutiniras pagi berjalan seperti biasanya.
Tertidur Jelang Waktu Dzuhur,
Memang tidak terkejar lagi untuk berjamaah shalat dzuhur di Masjid Haram. Jamaah sudah berjalan arah pulang ke hotel. Biarlah nanti saja solat sendiri di Haram, apa boleh buat.
Dapat tempat dekat Gate 84, shalat sunat dua rakaat, setelah itu shalat dzuhur 4 rakaat sendiri. Tiba-tiba asykar sudah datang untuk mengosongkan tempat itu. Berdiri lalu memcari tangga manual untuk naik ke lantai lll atau Roof. Ada rupanya di Gate 86.
Banyak juga yang tidur bergelimpang di antara tangga-tangga ini, baca Al- Qur'an juga ada. Sampailah di puncak atau roof, tanpa atap, panas dan terik matahari siang menyengat. Ada dekat Dua Kubah terlindung oleh arah matahari. Sebelah timurnya sudah agak terlindung sedikit, dan sudah ada juga setidaknya tujuh jamaah yang duduk di aroma panas itu baca Al-Qur'an. Baru dilanjutkan lagi tambahan shalat yang di Lantai ll Gate 84 tadi.
Walaupun shalat dzuhur sendiri, Alhamdulillah..., sudah dilengkapi dengan shalat sunat rawatib sebelumnya dua rakaat dan setelahnya empat rakaat serta dikerjakan dalam Masjid Haram.
Jumat (14/04/2023)
Puasa Hari ke-23
Hari ke-15 di Makkah
Rencana Bisa Tawaf Bersama Jemaah Ustadz Unai
Sehabis shalat tahajud berjamaah ke-3 dinihari tadi sempat tertidur sebentar. Enak dan nyaman walau sedikit terganggu oleh pendingin ruangan yang tidak stabil.
Terbangun sekitar pukul 04.00 dinihari. Masuk toilet dan bersih-bersih masih sempat sahur sedikit menjaga kestabilan perut saja. Langsung menuju Haram, sudah ramai oleh jamaah. Payah juga membedakannya sekarang, sebanyak yang mengarah ke Haram sebanyak itu pula yang ke luar meninggalkan Haram.
Setelah mendapatkan tempat duduk di shaf jamaah subuh ini dengan agak lebih baik, adzan subuh berkumandang. Tak berapa lama berselang dilanjutkan iqamah dan shalat subuh. Enaknya pagi ini bisa langsung melaksanakan tawaf sunnah, belum begitu panas. Akan tetapi, jamaah yang tawaf cukup banyak dan kurang leluasa bergerak. Bersamaan dengan maksud lainnya, berharap nanti bisa tawaf di roof. Alhamdulillah....
Tawaf sunat harian telah selesai dilaksanakan di lintasan tawaf lantai 4 atau puncak roof pagi hari Jumat (14/04/2023) ini. Mulanya dilaksanakan di lantai 2 lintasan tawaf sebanyak 4 putaran. Namun, perut agak mules dan langsung ke luar masuk toilet 2. Setelah bersih-bersih semua selesai, kami mencari jalan untuk ke lantai puncak karena ingin ketemu dan silaturrahim, jika memungkinkan bergabung berdoa dalam putaran tawaf pagi ini.
Pelaksanaan tawaf yang terputus tadi dilanjutkan di roof dengan pengharapan bisa bergabung jamaah RehabHati Bogor yang dipimpin oleh Ustadz Nuruddin Al Indussy. Rupanya pagi ini sudah padat juga, didominasi peserta umrah sunat yang berpakaian ihram. Bisa dihitung saja yang tidak berpakaian ihram
Namun, sampai putaran terakhir pukul 07.10 tidak bertemu dengan rombongan jamaah yang diharapkan. Ketika telah selesai dicoba menghubungi Ustadz Unai via SMS, sebentar sampai balasan mengabari bahwa jamaah semua uzur dan waktunya di-cansel. Makanya tidak jadi untuk bisa bertemu dan bersilaturrahim. Mungkin bisa di waktu yang lain. In Syaa Allah.
Sabtu (15/04/2023)
Puasa Hari ke-24
Hari ke-16 di Makkah
Shalat Dzuhur di Roof Masjidil Haram, Sengatan Panas Terik
Tadi usai shalat subuh tidak langsung ke hotel untuk isturahat. Teringat bahwa ini hari Sabtu, kalau di Padang mungkin saja sudah sampai di Katupek Pitalah Puruih lll, atau di Teh Talue Nita di Jalan Juanda, atau makan Pangek Angek Lawuak Sisiak di RM Talago Biru Simpang Haru. Mungkin saja sudah menggaspol innova ke Los Lambuang Pasa Kutaji (Kurai Taji) malapah katupek tunjang dengan gulai paku!
Di sini, mau ke mana? Puasa. Ya, kelilinglah dalam Mall Zam-zam di bawah Tower Zam-zam Jam Gadang ini. Sambil dengar sorak sorai pedagang Arabian: "Lihat-lihat....murah...murah......" Bahkan ada yang menarik-narik tangan suruh masuk ke dalam tokonya. Masih untung semua penjaga toko laki-laki! Indonesia?
Katanya, punya istri berapa? Satu? Tidak boleh, tidak boleh...!
Tambah Arabian mau? Mau? Mau? Kalau tidak....? Dia mebggerakkan jari telunjuk dengan jari tengahnya, seperti gunting. Maksudnya, gunting saja : burung ne. He ..he...he...
Kayaknya maksudnya, kalau beristri hanya satu termasuk agak lenah sahwatkah atau hinakah?
Baca juga
Terlalai berputar-putar bagai tawaf tetapi di dalam Mall Pertokaan di Pusat Kota Makkah, akhirnya terlambat ke hotel, bersih-bersih dan mandi lalu kembali ke Masjid.
Pukul 11.40 sampai di Roof Masjidil Haram, panas bukan main. Tapi ada sedikit yang lindung di samping Kubah Yang Tiga di sana. Digelar sajadah, separohnya terbakar matahari, mohon ampunan dalam dua rakaat shalat tahiyyatul masjid.
Sebenarnya di Masjidil Haram tidak ada shalat tahiyyatul masjid, harusnya dilakukan tawaf. Tawaf di pelataran Ka'bah jelas tidak bisa karena tidak berpakaian ihram.
Walaupun terik panas matahari di lingkaran pelataran Ka'bah tetapi jaraknya pendek, bisa cepat selesai tujuh keliling. Jamaah yang tawaf tidak berpakaian ihram boleh di lantai 2 dan 3 serta roof atau puncak. Lingkarannya besar, sehingga butuh waktu paling cepat satu jam menyelesaikan tujuh keliling. Kalau sekarang mau tawaf pasti terputus, karena sebentar lagi waktu dzuhur akan masuk dan adzan akan berkumandang.
Tahan saja, duduk di tempat yang panas ini dulu, nanti dilihat pula perkembangannya.
Adzan dzuhur dan iqamah berlangsung cepat, langsung shalat dzuhur di tengah terik matahari tersebut. Pelataran tawaf di roof ini masih dijaga ketat asykar, belum boleh ditempati kecuali nanti waktu asyar.
Terik panas matahari gurun pasir cuma 35°celcius tapi terasa 40°.
Kenapa takut panas?
Ibrahim Rasulullah kakekmu, diunggun dalam kobaran api saja tidak mati! (Jadi teringat firman Allah ï·» dalam Al-Qur'an surah ke-21 Al-Anbiyya ayat 69 - 70).
Kok takut mati terbakar?
Yang dibakar api neraka hanyalah darah daging yang haram.
Sinaran mentari siang ini takkan membakarmu! Cukuplah memulai rasakan panas dan luka! Mentari masih jauh di langit tanpa batas! Tidak sejengkal! Nanti di Mahsyar baru sejengkal di ubun-ubunmu! Rasakan yang ini saja dulu, setidak-tidaknya percobaan! Terbakar kah?
"Sekali lagi adakah dalam darah dagingmu harta makanan haram? Tidak hakmu? Hak saudaramu yang kaurampok? Hak anak buah dan stafmu yang kau patah? Pokoknya semua hak orang yang kau sungkah secara tidak halal?"
Ya, Allah Ya Rabbi...Engkaulah Yang Maha Pengampun.
Ampunilah dosa-dosa kami jika kami selama ini telah memakan yang bukan hak kami.
Ampunilah dosa-dosa kami.
Ampunilah kami yang telah aniaya diri sendiri.
Jika di dalam darah daging kami ini mengalir darah yang berasal dari barang dan makanan yang kami peroleh secara haram, maka hari ini, detik ini, kami mohon ampunanMu ya Allah...ya Rabbi.
Jika Engkau tidak mengampuni kami, tentu kami akan terbakar teriknya matahari gurun pasir ini. Hanguskan dan biarlah terbakar sekarang ini ya Allah, ya Rabbi.
Janganlah nanti di Mahsyar yang matahari sejengkal itu membakarnya. Dan jangan pula Api Neraka Jahannam itu yang akan menghangus-tandaskan darah daging dan kulit ini ya Allah.
Memang panas! Darah daging yang hari ini adalah darah daging yang terbangun sejak muda remaja, sekolah, kuliah dan senasa bekerja, jadi staf, jadi pejabat kecil ataupun pejabat besar di tempat bekerja.
Bakarlah sekarang semuanya...
Bakarlah....
Bakarlah ya Allah... dosa-dosa itu jika memang ada.
Di rakaat terakhir dzuhur ini, angin gurun bertiup kencang menerpa puncak Tower Zam-zam, puncak Menara King Abdul Aziz, Puncak Kiswah Ka'bahtullah, sejuknya juga menerpa ulu hati ini dalam duduk tahyat akhir:
"Allahummagfirli maqaddamtu, wa ma'akhartu, wa maasrartu, wa ma'aklantu, wa ma'asraftu, wa ma'anta aklamu bihimminni, antal mukaddimu wa antal mu'akhiru, .laa illaha illa anta., ya muqallibalqulub, tsabit qalbi alla dinika wa alla tu'atiqa, subhanaka inni kuntu minadzdzhalimin...."
Imam Mesjidil Haram pun siang itu mengucapkan salam!
Matikah karena panas?
Terbakarkah karena panas?
Biarlah Allah Yang Maha Pengampun yang membakari dosa-dosa dan kesalahan itu semua.
Hanya darah daging yang haramlah yang terbakar!
Ahad (16/04/2023)
Puasa Hari ke-25
Hari ke-17 di Makkah
Shalat Ashar di Roof Haram
Masih Tetap Panas Menyengat 36°C
Pulang ke hotel pagi tadi sudah hampir pukul 10.00 pagi, agak lelah dan mengantuk. Rencana mau keliling juga masuk mall, tetapi tidak jadi.
Sampai di kamar hotel langsung istirahat dan tidur, tahu-tahunya kenyenyakan tidurnya, baru bangun sudah lewat pukul 12.00. Pukul segini tidak mungkin lagi ke masjid. Bersih-bersih saja ke kamar mandi cukup menghabiskan waktu juga. Shalat dzuhur berjamaah saja di mushala hotel.
Barulah setelah pukul 15.00 bergerak menuju Haram. Jalanan panas, silang-siur bus antar jemput jamaah karena depan hotel adalah Terminal Bus Ajyaad. Langsung saja menanjak ke Pintu Utama keluar masuk sekarang ini, Ajyaad Gate, mencari tangga untuk naik ke Roof atau Puncak Haram seperti sore hari kemarin. Tidak ada eskalator yang aktif pukul segini, paling nanti sepuluh menit menjelang masuk shalat ashar. Naik rangga manual saja, terengah-engah juga nafas ini menanjaknya, lebih kurang 60 anak tangga. Sepi dan tidak ada rebut-rebutan, hanya di beberapa pojok tangga ada jamaah yang tertidur pulas. Malah terdengar dengkurnya bersahutan antara yang satu dengan lain.
Di roof sudah ramai jamaah dalam panas. Biar saja, panas ini tidak mematikan! Mati itu berdasar qadratullah! Empat puluh tahun nyawa akan ditiupkan ke rahim ibundamu, telah ditetapkan kapan lahir dan kapan detiknya waktu mati itu! Kenapa harus takut?
Takut terbakar matahari?
Kan sudah dimantapkan, darah daging yang akan dibakar itu adalah yang berasal dari makanan haram! Seberapa banyakkah makanan yang haram itu dalan tubuhmu yang ringkih ini?
Masih takut? Masih gundah? Masih gelisah?
Ya, jalannya adalah taubat! Ya taubat! Ya, taubat!
Jangan tunda-tunda lagi! Umurmu, nafasmu sampai di mana?
Astaughfirullahal'adzhiim wa atubu'ilahi.
Senin (17/04/2023)
Puasa Hari ke-26
Hari ke-18 di Makkah
Tawaf ke-3 di Pelataran Ka'bah
Subuh ini shalat di mushala hotel saja karena tidak keburu ke Haram. Selesai shalat tahajud (7) malam tadi ngobrol pula dengan friend Arabian di samping terminal sehingga tidurpun terlambat. Dari hotel sudah sengaja berpakaian ihram agar nanti bisa masuk dan tawaf di pelataran Ka'bah. Masuk ke dalam masjid sudah diarahkan via pintu 2, naik eskalator Fahd Gate langsung ke roof, padahal keinginan untuk ke pelataran Ka'bah. Lalu mencari jalan via lintasan sa'i lantai 4, turun kembali ke lantai dasar, lalu keluar ke pelataran selatan masjid, ambil jalan dengan eskalator ke lantai dasar Tawaf Safa. Terlihat di sebelah kiri gundukan Bukit Safa yang sudah dilingkung dengan kaca. Jamaah di sini masih sepi sehingga bisa langsung ke pelataran Ka'bah.
Jamaah yang tawaf pagi ini sudah mulai ramai. Pukul 06.24 kami mulai di garis start lampu hijau. Sudah mulai berdesakan karena tampaknya banyak jamaah mau mengejar ke sudut Hajral Aswat. Di garis star inipun sudah mulai pula ada yang duduk ambil posisi shalat. Tak tahulah kenapa harus di sana, dilintasan tawaf itu.
Pukul 07.10 dapat kami selesaikan Tawaf ke-3 di pelataran Ka'bah ini, berarti 46 menit untuk 7 putaran. Atau rata-rata selama enam menit lebih sedikit perkali putaran.
Lalu kami mencari posisi arah depan Multazam untuk laksanakan shalat sunat tawaf. Karena sudah masuk waktu syuruq, maka kami juga lakukan shalat syuruq. Selesai semua, kami pindah mencari posisi duduk yang agak lebih nyaman arah balik arah lampu hijau sehingga nanti mudah untuk exit.
Pukul 08.15 kami mencari eskalator untuk keluar ke Gate 5 dan buru-buru menuju Toilet WC 2. Sekeluar toilet langsung pulang ke hotel untuk istirahat (pukul 09.00).
Selasa( 18/04/2023)
Puasa Hari ke-27
Hari ke-19 di Makkah
Menunggu Ashar di Roof Haram
Tadi pukul 15.00 sudah masuk Haram lewat gerbang Ajyaad Gate yang menanjak ke lantai 2 tawaf. Lalu mengambil arah ke kanan tempat jual tiket spedamotoran sa'i. Duduk di belakang kotak ibu-ibu dan baca Al- Qur'an. Kurang lebih setengah jam rasa kurang nyaman di sana, kembali berdiri dan balik arah jalur tawaf, masuk ke kiri arah pintu atau Gate 91 Fahd Eskalator yang sudah dibuka untuk naik ke puncak atau roof.
Lokasi ini kami pilih karena agak kebih nyaman walaupun panas gurun menusuk 31° Celsius. Tidak ada teriakan-teriakan asykar menyuruh berdiri dan pindah. Apalagi rencana akan stand by sampai magrib di sini. Karena sudah hampir masuk waktu shalat ashar maka sudah ramai, tetapi yang tawaf nyaris sudah tidak ada. Mungkin panas sekali dan lingkarannya cukup besar dan jauh juga.
Berbeda dengan di pelataran Ka'bah, masih ramai, walaupun panas tetapi putarannya lebih kecil dan pendek, sehingga cepat selesai dan tidak lama pula disengat panas. Disengat panas pun dekat Ka'bah, kan ada doa Ibrahim Rasulullah yang ikut mendinginkannya.
Tepat pukul 15.44 adzan ashar berkumandang di puncak Masjidil Haram untuk seantero Kota Suci Makkah Al-Mukarrammah.
Kamis (20/04/2023)
Puasa Hari ke-29
Hari ke-21 di Makkah
Setelah makan sahur terakhir tidak tidur lagi, memulai beres-beres beberapa peralatan dan kain-kain ke dalam koper. Kalau sudah dimulai nanti akan memudahkan urusan-urusan lainnya karena sudah berada pada hari-hari terakhir di Makkah. Kamar hotel saja beberapa hari ini sudah ada yang menetes-netes dari lantai atas. Apakah saluran air atau mesin pendingin ruangan? Sudah tidak kami pedulikan, kami lebih fokus kepada kegiatan ibadah harian dan waktu untuk istirahat. Jika kerusakan itu diminta untuk perbaikan kepada pihak hotel akan memakan waktu yang banyak dan terganggu istirahat di kamar.
Sebelum pukul 04.00 pagi sudah bergerak menuju Masjidil Haram, langsung mencari peluang untuk melaksanakan tawaf. Rupanya sudah ramai sehingga sering tersendat-sendat dalam berjalan. Menjelang shalat subuh tidak sampai tawafnya satu putaran, lintasan tawaf sudah disekat. Sudah banyak jamaah yang menggelar tikar sajadahnya, persiapan shalat subuh.
Shalat subuh akhir Ramadhan ini di hari Kamis (29/09/1444) di lantai 2 tawaf saja langsung. Mungkin banyak jamaah yang sama niatnya, ingin shalat subuh dan langsung nanti tawaf di penghujung Ramadhan ini. Barulah pada pukul 06.10 diselesaikan tujuh putarannya. Selesai shalat sunat tawaf langsung keluar masjid menuju WC 2 untuk bersih-bersih, kemudian shalat dhuha saja di pelataran WC ini. Sebelum pulang kembali ke hotel istirahat dulu sejenak di sini.
Jumat( 21/04/2023)
Syawal Hari ke-1
Hari ke-22 di Makkah
Menunggu Shalat Idul Fitri di Haram
Mulai sejak selesai shalat subuh tadi, barulah terdengar kumandang takbiran dari menara Masjidil Haram Kota Suci Makkah Al-Mukarrammah. Tetapi tak terdengar jamaah mengikutinya, mereka asyik ngobrol, teleponan dengan karib-kerabat atau sanak familinya dalam bahasa ibu mereka masing-masing. Sebagian ada yang berdiri memotret semua sudut pelataran, mungkin juga merekamnya dengan video HP. Tak ada lagi yang beranjak dari tempat berdiri atau tempat duduknya, nanti takut ditempati orang lain.
Sudah lewat pukul 06.00 pagi ini tetapi belum ada tanda-tanda akan dilaksanakan shalat. Tidak juga tampak panitia Idul Fitri yang menenteng ketiding atau kupiah untuk mengumpulkan infaq, wakaf, sedekah atau sumbangan apalah namanya. Beda sangat dengan di kampung halaman kita. Mungkin juga akan berbeda dengan lontong, ketupat, opor ayam, gulai tunjang, gulai bagar, gulai apit ataupun rendangnya setelah pulang shalat nanti? He...he...he....
Barulah pukul 06.25 terdengar imam mengajak untuk melaksanakan shalat. Ooo... setelah waktu syuruq baru dilaksanakan shalat Idul Fitri ini. Semua jamaah di pelataran langsung berdiri mengikuti imam dari dalam Masjidil Haram.
Malah anehnya, selesai shalat, asykar menyuruh jamaah yang di pelataran ini untuk berdiri dan pergi. Bukankah duduk mendengarkan khutbah merupakan bagian dari Shalat Idul Fitri ini?
Nyaris tak satupun jamaah yang di pelataran ini duduk mendengarkan khutbah, mereka disuruh berdiri dan disuruh beranjak! Tetapi jamaah umumnya tidak mau beranjak, hanya berdiri saja setelah tadinya mereka duduk. Bahkan yang di dalam Masjidil Haram pun pada keluar. Apakah ini akibat adanya perintah disuruh berdiri dari duduknya dan harus beranjak? Entahlah....
Yang tampak dari pelataran ini hanya kerumunan jamaah yang keluar dari Ajyaad Gate, King Abdul Aziz Gate. Atau mungkin mereka tidak paham dan mengerti bahasa Arab, bahasa yang digunakan oleh Khatib Masjidil Haram dalam berkhutbah? Tidak tahulah, tetapi jamaah sudah banyak bergerak ke luar, juga ke luar pelataran. Mungkin kembali ke penginapannya, hotelnya atau juga masuk mall yang ada di sekeliling pelataran Haram ini.
Cahaya mentari pagi mulai tersumbul dari arah kanan kami ketika kami sekarang menghadap Ka'bah. Arah kiri di belakang kami, berdiri Mall Safwah dan Tower Zam-zam dengan kokohnya.
Sebanyak yang mendengarkan khutbah dekat pengeras suara di sudut-sudut pelataran, sebanyak itu pula yang mulai berdesakan hendak keluar dan menghindar.
Pukul 07.05 khutbah berakhir, berarti setengah jam lebih saja khatib menyampaikan khutbahnya pagi hari 1 Syawal 1444H ini yang bertepatan dengan hari Jumat (21/04/2023). Sedangkan di kampung yang terletak di sebelah timur sana, lebih duluan terbit mataharinya, lebih duluan empat jam waktunya, malah belum melaksanakan shalat Idul Fitri, katanya: hilal belum tampak.
Kami mulai berangsur kembali ke penginapan, perut mulai lapar dan keroncongan, biasanya pukul 04.00 dinihari sudah diisi dengan makan sahur, tetapi pagi ini sudah lewat pukul 07.00.
Tak ada katupek tunjang, tak ada katupek paku dan tak ada opor ayam serta gulai bagar buatan ibuuu....
Catatan sebelumnya