PESISIR SELATAN -- Anggota DPRD Kabupaten Pessel (Pesisir Selatan), Asril Dt Putiah meminta Pemerintah Kabupaten tanggap menangani dampak bencana di Nagari Amping Parak Timur, Kecamatan Sutera.
Pasalnya, selain jembatan ambruk, rumah warga yang berada di sekitar saat ini juga terancam ambruk. Karena, sebagian bagian bangunan sudah ambruk bersama tebing sungai.
“Sedikitnya ada empat unit rumah milik masyarakat yang nyaris ambruk ke dalam sungai. Jika ini dibiarkan berlarut-larut tentu akan menjadi bencana besar bagi masyarakat kita.
Jadi, saya berharap bupati bisa memerintahkan dinas terkait untuk segera membangun jembatan gantung dan pengamanan tebing di lokasi tersebut. Anggarannya tentu ada. Jangan hanya rapat-rapat saja,” ungkap Asril Dt Putiah yang merupakan anggota DPRD Dapil Sutera-Lengayang saat meninjau jembatan yang ambruk, Rabu 10 Mei 2023.
Ia menjelaskan, selain rumah warga, jembatan gantung yang ambruk tersebut merupakan akses utama warga satu-satunya di Amping Parak Timur, dan akses terdekat menuju ladang dan sawah warga.
Padahal sebelumnya, kata dia, pemerintah daerah melalui dinas terkait sudah menganggarkan dana sebesar Rp 840 juta pada 2022. Saat itu dianggarkan untuk dua titik lokasi pengaman tebing di Nagari Amping Parak Timur. Namun, hingga kini anggaran tersebut tidak jelas.
“Termasuk salah satu titiknya di lokasi jembatan gantung yang putus sekarang. Namun entah kenapa anggaran tersebut tiba-tiba tidak ada. Padahal tebing itu sudah diukur dan dicek oleh dinas terkait pada 2022. Bahkan RAB nya ada pada saya sampai sekarang. Tentunya sebagai wakil rakyat dan ninik mamak di Nagari Amping Parak Timur saya sangat kecewa dengan hal ini,”ujarnya.
Politisi NasDem ini menyebut, jembatan gantung yang memiliki panjang sekitar 42 meter itu dibangun pada 2012 dengan dana PNPM mandiri perdesaan. Namun kondisinya sangat memprihatinkan, dan ambruk dihantam banjir.
Akses Warga untuk ke Sawah dan ke Ladang
Sementara itu, Yusna (44) warga setempat mengatakan, kejadian jembatan gantung putus tersebut terdengar jelas olehnya pada Minggu 7 Mei 2023.
“Terdengar gemuruh seperti kereta api lewat. Kami kaget dan langsung berhamburan keluar rumah sekitar pukul 07.00 WIB,” ujarnya.
Ia menyebut, masyarakat Kampung Taratak Panas memiliki ratusan hektar lahan sawit seberang jembatan tersebut. Bahkan, ada pula yang memiliki areal persawahan, kebun durian, dan pandam kuburan kaum Melayu, Sikumbang, Jambak.
“Sekarang masyarakat sedang panen sawit. Tentunya ini menjadi kendala besar bagi masyarakat. Sebab, jembatan gantung sebagai akses penghubung sudah putus. Kalau sekarang terpaksa mengelilingi perbukitan dan kondisi medan jalan pun sulit ditempuh,” katanya.
Terkait kondisi tersebut, ia berharap pemerintah daerah melalui dinas terkait harus cepat tanggap mencarikan solusinya. Sebab, kata dia, sebanyak empat rumah dan enam kepala keluarga masih berdomisili di pinggiran jembatan putus tersebut.
“Sampai sekarang air sungai Amping Parak Timur kesini tumpuannya. Jika tanah ini runtuh dimana kami membangun rumah lagi. Ini adalah satu-satunya tempat tinggal kami. Kalau bisa harus cepat diperbaiki. Sebab, sawah dan ladang masyarakat berada di seberang jembatan tersebut. Kalau jembatan putus ini tidak segera diperbaiki, tentunya ekonomi kami jadi terganggu,” terangnya.