Oleh : Harimau Campo
Sijunjung, Canangnews.com-Sebuah kejayaan dan kedigdayaan merupakan salah satu dari ribuan keinginan yang hendak dicapai oleh manusia. Dalam proses pencapaiannya, ada yang berusaha untuk mewujudkannya dengan mencontoh kepada kejayaan yang dulu pernah diraih pendahulunya.
Sejarah telah menuturkan begitu banyak prestasi yang telah diraih oleh masyarakat Minangkabau pada masa lampau. Banyak putra dan putri terbaik Minangkabau telah menorehkan namanya dengan tinta emas dalam sejarah negeri ini bahkan sampai keseantero dunia, sehingga ada yang menyebutkankan bahwa Minangkabau negerinya para pemikir dan tokoh-tokoh besar. Dari daerah Minangkabau juga telah melahirkan berbagai gerakan sosial besar yang efeknya berbekas hingga ke negeri seberang.
Jika kita ingin menuliskan tiap nama dari para tokoh-tokoh besar Minangkabau terdahulu dalam tulisan ini, maka penulis akan mengatakan bahwa tidaklah cukup mampu tulisan ini menggambarkan tokoh-tokoh tersebut dengan ribuan pencapaian yang telah mereka capai, dan bahkan penulis merasa malu untuk mengulas mereka karena takut akan salah dalam menceritakan semua prestasi mereka.
Dalam tulisan ini penulis ingin menyampaikan bahwa terkadang kita rindu akan capaian-capaian yang pernah dituturkan kepada kita oleh para pendahulu, kerinduan terhadap kejayaan dan keberhasilan dari para pendahulu yang sekarang telah menjadi cerita ringan penggati dongeng bagi generasi muda. Banyak dari generasi sekarang yang kemudian mencoba untuk menggali cerita kejayaan tersebut dengan harapan bisa kembali menorehkan prestasi-prestasi yang lebih baik.
"Mambangkik batang tarandam" adalah salah satu istilah yang kerap kita dengar dalam percakapan sehari-hari saat ini. Istilah ini sudah khatam kita ucapkan dengan harapan kita bisa kembali mewujudkan prestasi serta kejayaan masa lampau, bahkan ingin melampauinya.
Berbagai ceruta kejayaan masa lampau merupakan sebuah pijakan serta motivasi yang bisa digunakan untuk memacu semangat masa sekarang untuk pencapaian lebih baik. Seorang ayah sangat ingin anaknya dapat meraih kejayaan yang lebih besar dari pada yang pernah dia raih, dengan cara menceritakan berbagai prestasi yang dahulu pernah diraihnya. Disisi lain sebuah komunitas juga ingin generasi penerus mereka memperoleh pencapain yang lebih baik dari apa yang pernah mereka capai, dan begitu seterusnya. Penuturan ulang terhadap berbagai prestasi dan pencapaian ini diharapkan akan mampu mendorong hadirnya prestasi-prestasi baru bukan hanya menjadi dongeng pengantar tidur.
Keinginan untuk mewujudkan kembali bahkan melampauai prestasi masa lampau ini sering mengalami kendala, sehingga dalam prosesnya terkadang tampak macet dan terkesan jalan di tempat. Salah satu hal yang membuat proses ini lambat yaitu terlenanya generasi sekarang akan kejayaan masa lampau dan rendahnya kesadaran akan tantangan masa sekarang serta masa depan.
Ketika seseorang terlalu lama hidup dalam kenangan masa lampau, maka mereka akan terlena, bahkan akan menjadi sulit untuk menghadapi kenyataan saat sekarang. Sebagai contoh, masyarakat Minangkabau sering mendengar begitu besarnya cerita "Surau" sebagai sebuah wadah pendidikan di masa lampau yang telah melahirkan para tokoh besar dengan berbagai kisah di dalamnya, sehingga kita berusaha kembali untuk mencoba menghidupkan kembali "Surau" tersebut sebagaimana yang dulu pernah diceritakan.
Namun kita sering lupa bahwa "Surau" yang dulu pernah melahirkan para tokoh tersebut tidak lah sama dengan "Surau" yang kini kita kembali dibangun. Dahulu Surau merupakan sebuah lembaga yang yang sangat besar, bukan hanya berkutit tentang hal keagamaan semata, namun surau merupakan juga menjadi pusat sosial, pendidikan, keterampilan dan lain sebagainya, maka wajar dari surau lahir para pembesar Minangkabau.
Kenyataan saat ini kita sering mencoba untuk berusaha kembali mewujudkan kedigdayaan Surau, namun karena tidak sempurnanya literasi dan terlenanya akan kejayaan masa lampau kita terkesan mempersempit ruang Surau menjadi sarana keagamaan semata, sehingga wilayah sosial, pendidikan dan keterampilan di anak tirikan.
Dahulu surau menjadi arena latihan berfikir para anak muda Minangkabau sebelum mereka berkecimpung dalam sosial masyarakat yang lebih luas. Disurau sering terjadi diskusi, perdebatan, ataupun sekedar sarana bercengkrama yang sangat terbuka untuk generasi muda. Namun sekarang hal ini tidak lagi sempurna, bahkan generasi muda telah jauh dari surau, karena mereka beranggapan bahwa surau hanya untuk ibadah semata. Mereka tidak lagi memiliki wadah dalam melatih kemamouan berfikir, berdiskusi, berdialektika dan lainnya.
Disisi lain, para genersi muda terus dicekoki cerita kejayaan Surau dimasanya yang mereka juga ingin merasakannya, namun semua keinginan itu kandas takkala mereka melihat kenyataan bahwa Surau yang mereka dapati tidak lagi seramah yang dulu diceritakan. Generasi muda tidak lagi mendapatkan tempat yang menurut mereka layak di Surau, bahkan perlawanan kecil yang dilakukan sering dianggapa sebuah pembangkangan besar di mata generasi tua.
Surau hanya salah satu dari ribuan daftar kejayaan generasi terdahulu yang selalu digaungkan, namun jauh dari kesesuaian sejarah dengan kenyataan. Maka tidak heran kita, jika cerita kejayaan generasi terdahulu akan menjadi cerita penggati dongeng dan bahkan akan menjadi cerita pertakut bagi generasi muda karena mereka tidak lagi menemukan kesesuaian antara apa yang dikisahkan dengan kenyataan yang dihadapi.
Tidak terlambat bagi kita untuk kembali mentelaah berbagai kejayaan masa lampau dan menjadikannya pijakan masa depan. Pendalaman dari tiap cerita sejarah tidak lagi hanya mendorong pada cerita nostalgia belaka, tapi lebih kepada menjadikan pondasi utama kemajuan tanpa mengurangi element pendukungnya. Sehingga tidak sebuah kemustahilan berbagai kejayaanasa lampau bisa kembali diraih, bahkan akan bisa melampauinya.
(Ari/PardiS)