Ustadz Pardi Syahri, Guru SMKN 8 Sijunjung.
Sijunjung, Canangnews.com_Diantara keunikan khutbah hari raya di kampung musti ada tangisannya, jika tidak! itu tanda khutbahnya kurang mengena, besok-besok khatibnya bisa jadi tak diundang lagi.
Masyarakat kampung menilai bagusnya suatu khutbah itu dari adanya isak tangis jemaah saat khutbah berlansung. Penomena itu sudah pernah saya rasakan sendiri.
Saya pernah membuat jemaah satu masjid terharu dan menangis namun dilain kesempatan saya tak dapat membuat jemaah menangis hanya saya sendiri yang menangis 😄
Dilain kesempatan saya pernah mendengar komentar salah seorang jemaah katanya "khutbah kali ini ndak ada rasanya, hambar saja katanya" kenapa?
Jawabnya, khatibnya tidak mampu membuat jemaah terisak-isak, mmmm, jadi keberhasilan suatu khutbah itu musti menangis ya pak? iya jawabnya.
Sampai hari ini pinsip itu tetap dipegangi oleh masyarakat di kampung-kampung, jadi bagi yang khatib di kampung-kampung ini bisa jadi bahan renungan.
Sebenarnya prinsip itu tidak salah juga, karena memang masyarakat kampung itu perasaannya halus, jika ia tak disentuh dengan caranya ada yang kurang baginya.
Soal judul atau tema boleh apa saja yang penting isinya harus mengena. Orang kampung punya rasa tersendiri, meskipun dalam keseharian mereka lebih banyak mendengar khutbah dalam bahasa arab (khutbah ayyam).
Entah sejak kapan prinsip itu tertanam disanubari mereka, namun saya yakin itu tak dibuat-buat begitu saja, memang sudah jadi tradisi nampaknya dan untuk merobahnya sulit rasanya.
Walaupun hari ini dunia sudah canggih, IT sudah maju, tapi itu tadi kembali lagi kepada rasa. Soal rasa ia tak dapat ditukar dan diganti begitu saja.
Jika jemaah sudah mulai gelisah, bahkan ada sebagian yang sudah beranjak dari tempat duduknya itu tanda pertama khutbahnya terlalu panjang kedua tidak mengena, ketiga aba-aba untuk segera mengakhiri khutbah.
Akan tatapi jika jemaahnya mampu bertahan walaupun diterik matahari (lapangan terbuka) tandanya itu khutbah mengena di hati jemaah, maka pupuahlah sampai mereka menetes air mata.
Tak mudah mendapatkan situasi begini, butuh bahan, keterampilan, serta didukung juga oleh sound sistem yang apik sehingga jemaah dapat mendengarkannya dengan baik.
Ini hanya sekedar saran saja.
(PardiS_Anak Amak)