Sijunjung, Canangnews.com-Ramadhan 1444 H saya ditakdirkan mengunjungi masjid ini "Masjid Jami' Lubuak Batapuak Unggan" sebelumnya saya sudah pernah survey ke sini tapi hanya sampai luar saja. Terbesit juga dihati semoga kelak saya bisa sholat di masjid nan cogah ini.
Alhamdulillah niat itu dikabulkan juga, atas permintaan dari ibu Putri Andam Dewi kepsek SMKN 8 Sijunjung beliaulah yang telah mengontak Wali Nagari Unggan melalui beliau berdua saya dapat bercerita panjang lebar dengan jemaah masjid ini.
Selepas sholat isya, tarwih dan witir saya dipersilahkan untuk memberikan ceramah agama. Masjid besar yang terletak di tengah Pasar ini dipenuhi jemaah sholat tarwih, luar biasa saat itu ada sekitar 300 jemaah yang hadir.
Di kursi goyang empuk ini saya bercerita panjang lebar, mulai dari perkenalan, tujuan kedatangan saya, serta memberikan sedikit wejangan senang sekali hati ini, dengan mikropon yang apik membuat saya tidak perlu lagi mengeraskan suara.
Selesai kajianlah yang membuat saya terharu karena dikerumuni anak-anak muda generasi emas unggan untuk mencacahkan tanda tangan saya dibuku agenda ramadhannya. Seperti permen dikerumuni semut saya dibuatnya moment ini saya abadikan untuk kenangan.
Selesai dari Unggan ini maka lengkaplah sudah 5 Nagari disekitaran Batang Sumpur ini saya kunjungi mulai dari Manganti-Sumpur Kudus Selatan-Sumpur Kudus-Silantai dan Unggan. Artinya sudah banyak sanak saudara yang saya kenal ini sudah modal berharga bagi saya.
Andai saya tersesat di jalan, kemalaman, kehujanan, dan lain sebagainya saya tak sungkan lagi singgah dan mampir di mana saja saya suka. Inilah mungkin barangkali hikmahnya saya tercampak ke kampung halaman Alm. Buya Syafi'i Ma'arif ini.
Carilah kawan jangan lawan, karena lawan tak perlu dicari ia sudah ada di dalam diri. Bagaimana orang mau berkawan dengan kita inilah yang perlu kita pelajari. Banyak yang dapat saya jadikan i'tibar dalam rihlah ini mulai dari perbedaan yang ada disetiap kampung yang saya datangi.
Di sinilah saya dapat mengambil kesimpulan bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang perlu digadang-gadangkan tapi persamaanlah yang perlu kita ketengahkan. Karena beda itu kawan bukan lawan, saya ambil satu contoh kasus saja.
Dalam pelaksanaan sholat tarwih saja ada banyak versi yang saya temui, diantaranya sholat tarwih 8 rakaat dan witirnya 3 rakaat totalnya 11 rakaat. Ada yang melakukan setiap 2 rakaat salam begitu pun witir 2 salam.
Ada lagi yang melakukan setiap 2 rakaat salam kemudian witirnya lansung 3 rakaat, ada lagi yang melakukan setiap 4 rakaat salam dan witir lansung 3 rakaat. Kondisi ini membuat saya lebih dewasa, karena memang secara khusus bagaimana pelaksanaannya tidak ada standar bakunya yang ada hanya secara umum delapan dan tiga.
Meskipun saya lebih cenderung kepada 20 rakaat dengan 10 salam dan witirnya 2 salam. Akan tetapi jika bertemu dengan hal yang berbeda saya tak pernah menyalahkannya. Karena itu bukan kerja saya 😄
Unggan, Ujung angan rihlahku penuh kenangan.
(PardiS_Anak Amak)