Indahnya pemandangan ini kebun sawit sepanjang jalan.
Sijunjung, Canangnews.com-Kamis, 30/03/23 setelah kegiatan pesantren Ramadhan saya berangkat meninggalkan Manganti menuju nan dihati. Dalam perjalanan kali ini saya santai saja karena cuaca saya lihat aman-aman saja ditambah lagi saya dalam kondisi berpuasa dan berlalu pula puasanya karena bangun pas azan subuh.
Ternyata memang tidak enak kalau puasa berlalu "tanpa sahur" itu, lemas saya dibuatnya, memang benarlah sabda sang Nabi "Makan sahurlah kalian karena dalam sahur itu ada keberkahan" Hadits ini sangat populer sering kita mendegarnya, dalam redaksi lain ada tambahan "meskipun dengan seteguk air."
Kadang memang ada sebagian kita yang tidak berselera makan sahur, padahal dengan seteguk air saja kita sudah mendapatkan keberkahan sahur. Bagi yang tidak dapat santap sahur karena ketiduran ia tidak dapatkan keberkan sahur dan yang lebih sedih lagi ia bisa makan tapi tidak melakukannya.
Sudahlah kita tinggalkan dulu cerita tak sahur ini, kita cerita bagaimana perjalanan melewati tiga sungai saja. Tiga sungai kecil itu memutus badan jalan ia berada di Jorong Pinang menuju Tapuih ini salah satu jalan alternatif agar cepat sampai tujuan "jalan pintas." Untung saja ketiga sunga ini airnya kecil andai hujan semalam maka akan kesulitan saya melewatinya.
Lewat jalan pintas ini kita lebih hemat waktu kurang lebih 30 menit, lumayan juga kan? apalagi kalau kita diburu waktu maka jalan ini pilihan paling jitu. Pemandangannya juga tak kalah indah saudara, ada pohon karet, sawit, dan sawah yang luas manjakan mata.
Jalan ini saya lalui dengan sepeda motor kebanggaan saya, hening, sunyi, sepi, tak banyak suara yang saya dengar dalam perjalanan dalam hati mungkin sedang puasa juga mereka hehe. Hanya ada 3 ekor babi hutan tadi yang saya lihat di tengah jalan namun bunyi suara kendaraan saya dapat mengusir mereka.
Hmmm....Sehat juga tu babi, gemuk akhy, saya gas lagi sampailah saya di tapuih pangana ingin cepat sampai di kadai kopi eh..baru saya sadar ternyata sedang puasa kadai kopinya juga tutup. Karena sudah biasa singgah saya tetap saja singgah untuk mencuci tangan dan kaki di kamar mandi kecil yang berada di tepi jalan.
Saya lanjutkan lagi perjalanan menelusuri jembatan kayu panjang penghubung silukah dan paru terus menelusuri jalan kecil beraspal yang diapit dua bukit kecil seolah-olah jalan itu membelah bukit tersebut kemudian barulah saya sampai di ladang sawit yang daunnya tajelo-jelo "terjuntai" ke tengah jalan.
Setelah melewati ladang sawit saya bertemu lagi sawah yang luas membentang. Saya berhenti sejenak kebetulan juga ada para petani sedang manyabik "panen" mantap ini diabadikn ucap saya. Pemandangan seperti ini sudah agak langka, beruntunglah saya dapat menyaksikan moment ini.
Setiap perjalanan ada hikmahnya, setidaknya dengan mengoreskan perjalanan ini dapat membuat saya legah, biarlah ini jadi kenangan kelak saat saya tak dinas lagi "pensiun." Dengan harapan semoga perjalanan bolak balik ini bernilai pahala di sisiNya, Aamiin.
Kita sudahilah dulu cerita ini kita berbuka puasa dulu, Alhamdulillah akhirnya saya sampai juga di rumah. Selamat berbuka puasa semoga ibadah kita diterimaNya Aamiin..
(PardiS_Anak Amak)