.
Jangan Menyerah - Jalan Berliku yang harus DitempuhSijunjung, CanangNews.com - Hari itu sabtu 28 januari 2023 sepulang sekolah saya bergegas menuju rumah mengambil tas dan mantel persiapan pulang menuju sungai tambang, langit yang cerah membuat saya agak melambatkan laju sepeda motor saya.
Sepanjang jalan tidak banyak rumah penduduk yang saya lihat hanya ada satu dan dua itupun jaraknya berjauhan. Kosong tak ada penghuni karena siang itu mereka berada ditempat kerja, di sawah, ladang dan sungai untuk mencari nafkah.
Dalam perjalanan saya dihibur oleh kicauan suara burung di samping kanan dan kiri saya, suara aliran sugai yang terbentang luas mengalir menuju taluk kuantan itulah yang saya lalui seminggu sekali. Kalau berulang dari rumah setiap hari saya tak kuat karena jarak.
Jangan Menyerah - Jalan yang harus Ditempuh (ilustrasi)Suatu ketika saya pernah berhenti disebuah warung kopi yang berada di tepi jalan dekat jembatan tapuih, untuk melepas penat dan kantuk saya menyudu saja ke kedai kopi itu, saya pesan kopi setengah mak? ucap saya, ini baru separoh jalan.
Saat minum kopi mak kadai bertanya, nak dari mana? dari sumpur kudus, manganti jawab saya. Kerja di sana? iya mak, ngajar di Smkn8 nganti. Ooo..sudah lama? belum mak baru satu semester, kenapa jarang nampak? iya mak saya biasanya lewat muaro-silokek saja mak.
Jangan Menyerah - Jembatan yang harus Ditempuh (ilustrasi)Oooo....jalan raya katanya, iya mak. Sekarang saya coba pula lewat sini kata teman saya di sini jauh lebih dekat, iya cuman jalannya agak susah tapi dingin karena kiri kanan banyak rimba dan hutan katanya. Mak sudah lama jualan di sini? sudah katanya.
Sebelum ada jembatan tapuih ini mak sudah jualan, bapak dulu (suami mak) yang membantu orang dengan sampan kecil untuk menyeberang ke paru, satu orang dapat 3000-5000 rupiah lumayan juga itu mak, iya tapi resikonya juga ada melawan arus sungai yang deras.
Jangan Menyerah - Sungai yang harus Dilalui (ilustrasi)Saya bertanya, terus bagaimana dulu bapak bisa mengantar orang ke ujung sungai mak, sungainya deras. Dulu pakai tali dari ujung ke ujung jadi bapak mengikuti tali itu saja katanya ooo...di ujung juga ada yang menuggu katanya.
Woow keren juga tu ucap saya dalam hati, sekarang bapak mana mak? bapak sudah meninggal nak, mak nikah lagi dengan bapak yang sekarang. Tahun berapa itu mak? seingat mak itu tahun 2004-2005 kalau mak ndak salah katanya.
Kalau bapak tidak kerja menyeberangkan orang, bapak kerja ke ladang, sawah, pokoknya biasalah nak orang kampung apa saja kerja ndak pernah nolak yang penting halal dapat dibawa pulang katanya. Iya mak saya juga orang kampung mak dan anak petani juga.
Karena sudah terdengar suara azan lewat hp android saya itu melerai pembicaraan kami, saya minta izin numpang sholat ashar di sini ya mak? ya silahkan nak itu ada tempat air sebelah jalan. Setelah sholat saya permisi, besok kalau lewat sini mampirlah nak katanya, iya mak.
Saya lanjutkan perjalanan menjelang maghrib saya sampai di rumah, sepanjang jalan tadi saya berfikir juga, mak itu luar biasa, suaminya apalagi, tidak pernah menyerah dengan keadaan, ini pengalaman berharga yang pantas juga saya torehkan di sini.(TJP)
Pangkal Jembatan Tapuih, Sijunjung.
Pardi Syahri, S. Pdl.- CanangNews Freelancer