Pemuda Penumpang Bus
Sijunjung, CanangNews.com - Ada kisah inspirasi saya saat dikampung kemarin. Saya mendengarkan kisah itu dari seseorang yang sengaja tak saya sebut namanya disini.
Saat itu yang punya cerita sedang kuliah di kota Padang semester akhir dan dalam hitungan hari akan diwisuda tambah lagi sudah ada pula yang datang ke rumah "melamarnya".
Memasuki Kabupaten Pesisir SelatanIa tinggal disebuah surau agak jauh juga dari kampusnya, suatu ketika ia berencana ingin pulang kampung dengan ongkos pas pasan saja. Andaikan ia makan di jalan maka ia akan jalan kaki untuk sampai rumah, duh...
Lama menunggu tumpangan akhirnya datang juga, pak sopir bilang mau kemana dek? "mau ke surantih katanya, berapa ongkosnya uda? " tanyanya lirih. Sopir travel menjawab 50 ribu sampai pasar Surantih, tanpa pikir panjang ia naik saja. dalam hati ia berkata untung masih tersisa 25 ribu lagi, hmmm.
Pesisir Selatan Rancak Sumatera BaratDalam perjalanan tiba tiba ada seorang bapak yang sudah agak tua dengan pakaian kotor dan lusuh menyetop travel yang ditumpanginya. Sopir travel menghentikan otonya. Dengan nada agak tinggi ia berkata pai kamano apak? " pulang nak" jawabnya dengan suara sedikit bergetar. Karena penampilan sibapak yang kurang rapi tambah lagi, maaf, bau menyengat dari tubuhya sopir nampaknya enggan menaikkannya.
Sopir travel serta merta bertanya," lai ado ongkos apak?" " eee..kalau ndak ado ndak bisa do pak,.."
Gerbang Mewah Masuk Pesisir Selatan yang dilalui BusPak tua agak menggigil dengar suara lantang pak sopir. Akhirnya anak kuliah tadi berkata naikkan saja uda, biar saya yang bayar ongkos bapak itu. Dengan berat hati akhirnya bapak tadi dinaikkan juga.
Uph...Memang benar, bau badan bapak itu kurang enak sehingga membuat sebagian penumpang risih dibuatnya.
Singkat cerita akhirnya bapak tadi sampai tujuan (alamat), ia turun sambil melambaikan tangan kepada anak kuliah tadi berucap terimakasih nak, yo pak jawab anak kuliah itu. Saat itu baru semua penumpang bernafas lega.
Tak lama setelah itu anak kuliah tadi sampai juga di pasar Surantih, ia turun serta membayar ongkosnya dan ongkos bapak tadi, bara sadonyo da? sopir berkata ongkos adiak 50 ribu apak tadi 25 ribu jadi pas 75 ribu ko da ongkosnyo pas.
Sopir berlalu tinggallah anak kuliah itu sendirian tanpa uang sepersen pun di kantongnya...Ha ha..ha...
Akhirnya ia berjalan kurang lebih 3 kilo untuk sampai rumah. Ternyata dalam perjalanan ada satu mobil warna putih mengklasonnya (tiit, titit). Ia berhenti disamping anak kuliah yang sedang berjalan kaki itu sambil membuka kaca mobilnya.
Seseorang dalam mobil berkata "kamano kawan?" katanya. Eeh sianu kiro e naiklah kawan, ternyata yang punya mobil itu kawan masa kecilnya yang sudah sukses dirantau orang. Setelah naik baru kawannya tadi bertanya baa kok jalan kaki? dari mano tadi? ia menjawab ambo ndak punyo ongkos, ambo dari padang pulang kuliah.
Setelah diceritakan semua kisah perjalanannya kepada kawannya baru kawannya diam sambil menganguk-angukan kepala. Setelah sampai di depan rumah anak kuliah tadi, keduanya bersalaman ternyata dalam salamnya ada tempelnya agak tebal juga sih.
Sambil senyum ia berkata terimalah kawan, ini rezeki kawan. Setelah mobil berlalu ia masuk kedalam rumah dilihatnya yang tebal tadi, ternyata ada beberapa lembar uang kertas bergambar Ir. Soerkarno dan Moh. Hatta. Ia berkata Alhamdulillah Allah maha kaya katanya.
Dah itulah kisahnya, yang dapat saya ambil dari kisah diatas bahwa apa yang kita berikan Lillah maka kontan dibalas Allah. Saya rasa yang membaca status ini juga pernah mengalaminya. 7
Biarlah Tuhan saja yang membalasnya.(TJP)
Pardi Syahri, S.Pd.l, CanangNews Freelancer