Tim Unand saat lakukan praktik pembuatan Biochar bersama Poktan di Agam |
Pakan Sinayan (Canangnews) – Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) merupakan salah satu kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi, selain pengajaran dan penelitian.
Kegiatan PKM merupakan suatu kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh civitas akademika perguruan tinggi yang dikoordinir oleh Dosen melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dengan melibatkan masyarakat, mahasiswa dan juga alumni.
Bentuk kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan pendampingan, atau peran sebagai mitra dalam rangka pengembangan usaha atau kegiatan produktif yang dilakukan oleh kelompok masyarakat.
Beberapa orang Dosen dan mahasiswa berbagai disiplin ilmu (program studi-prodi) dari Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Andalas (Unand), yang diketuai oleh Prof. Melinda Noer (prodi Agribisnis), dengan anggota Prof. Tri Murti Habazar (prodi Proteksi Tanaman), Prof. Herviyanti (prodi Ilmu Tanah) dan Cesar Welya Refdi, S.TP, M.Si (prodi Teknologi Pangan), telah melakukan kegiatan PKM sosialalisasi dan pendampingan dalam “membantu usaha berkembang” pada Kelompok Tani Baramban dan Kelompok Wanita Tani Baramban Saiyo di Nagari Pakan Sinayan Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
"Pada hari Kamis (21/10/2021) telah dilakukan pertemuan yang kedua oleh tim pengabdi Unand, kepada kelompok tani di Pakan Sinayan Kabupaten Agam terkait “Pembuatan Biochar Berbasis Potensi Lokal”. Tujuan utama dari kegiatan PKM kali ini adalah untuk memanfaatkan limbah pertanian dan limbah organik lainnya yang sulit terdekomposisi seperti sekam padi, kulit buah kakao, tongkol jagung, batang ubikayu, tandan kosong kelapa sawit, tempurung kelapa sawit, tempurung kelapa, sabut kelapa, limbah kelapa muda. Disamping itu dapat pula memanfaatkan ranting kayu dan bambu yang banyak ditemukan di daerah Pakan Sinayan sehingga dapat menyuplay bahan organik yang kaya karbon dalam rangka meningkatkan Kesuburan Tanah dan Produktifitas Lahan Untuk Sayur Sehat bersertifikat Prima 3," ungkap Prof. Herviyanti, kepada Canangnews, (28/10).
Prof. Herviyanti, selaku Tim Pengabdi Unand menjelaskan, bahwa Biochar dikenal juga di Indonesia sebagai arang hayati yang merupakan bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organik (biomas pertanian) melalui pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas (pirolisis). Pembakaran tidak sempurna dapat dilakukan dengan alat pembakaran atau pirolisator dengan suhu 250 - 750 0C selama 45 menit - 2,5 jam, bergantung pada jenis biomas dan alat pembakaran yang digunakan.
“Untuk teknik produksinya, bisa dilakukan dengan metode tradisional atau soil pit, metode konventional dengan menggunakan drum dan juga bisa dengan metode Kon-Tiki. Metode soil pit merupakan metode sederhana yang paling mudah untuk diterapkan pada petani yaitu membuat lobang pada tanah berbentuk kerucut kebawah dengan diameter bagian atas kira-kira 100 cm dan bagian bawahnya berdiameter kira-kira 60 cm serta dalam sekitar 100 cm, sementara metode Kontiki terbuat dari plat baja yang berbentuk kerucut juga dengan ukuran hampir sama dengan ukuran lobang pada tanah metode soil pit,” terang Herviyanti, yang akrab disapa Epi.
Biochar sangat bermanfaat bagi pertanian terutama untuk perbaikan kualitas lahan (sifat fisik, kimia, dan biologi tanah). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan biochar dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mampu memulihkan kualitas tanah yang telah terdegradasi.
"Peran utama Biochar di lahan pertanian, adalah untuk pengembalian karbon dalam jumlah yang cukup banyak yaitu sekitar 70 % kedalam tanah dan dapat bertahan puluhan tahun didalam tanah. Biochar dapat memperbaiki kualitas tanah karena memiliki pori mikro yang banyak sehingga dapat bersifat seperti Sepon (rongga) untuk memegang air (lebih tersedia) dan hara (mengurangi pencucian hara). Disamping itu biochar memiliki pH yang tinggi sehingga bermanfaat dalam penanggulangan kemasaman tanah. Biochar juga dapat menciptakan tempat hidup yang baik untuk mikroorganisme tanah, mengurangi laju emisi CO2, N2O dan CH4, serta dapat berfungsi sebagai filter pencemaran pestisida. Dengan demikian, Biochar sebagai bahan pembenah tanah (amelioran) dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman terutama tanaman pangan dan hortikultura, yang muaranya adalah keamanan pangan,” jelas Herviyanti
Biochar yang diaplikasikan ke dalam tanah, jelas Herviyanti, juga merupakan salah satu solusi dalam pencemaran lingkungan. Dikarenakan, Biochar dapat menyimpan miliar ton C pertahun, menurunkan polusi air tanah (absorbent logam berat dan pestisida). Membersihkan air dengan biaya rendah serta mengurangi limbah bagi petani. Biochar juga dapat menahan air di daerah rentan kekeringan, meningkatkan kesuburan tanah yang bisa meminimalisir kebutuhan pupuk, serta mengurangi emisi gas rumah kaca (GHG).
Dalam hal teknis, kriteria biochar untuk pertanian yang perlu diperhatikan antara lain pH, kandungan karbon, dan kandungan Volatile (bahan mudah menguap).
Selain itu, kita juga harus perhatikan kadar abu, kapasitas memegang air, volume pori serta luas permukaan spesifik. Dan untuk praktisnya, perlu pula diperhatikan berat atau presentase arang yang dihasilkan (rendemen), jumlah abu, dan homogenitas hasil pembakaran. Pada penjemuran biochar yang dihasilkan, perlu pula diperhatikan lama dan proses penjemurannya, pencacahan atau penggilingan, sehingga dapat diaplikasikan
Aplikasi biochar di lahan pertanian dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung jenis tanaman dan kuliatas tanah. Untuk tanaman yang jarak tanamnya cukup rapat seperti tanaman hortikultura dan palawija biochar dapat diaplikasikan secara sebar atau menurut larikan.
Sementara untuk tanaman yang jarak tanamnya cukup lebar seperti tanaman perkebunan, aplikasi biochar dapat dilakukan melingkar tanaman. Untuk aplikasi yang praktisnya, Biochar dapat pula dicampur dengan kompos (Premixed atau co-compost), atau Biochar diperkaya dengan pupuk NPK.
Kelompok tani Baramban dan Kelompok Wanita Tani Baramban Saiyo bersama Wali jorong Kandang Jilatang Nagari Pakan Sinayan pada pertemuan tersebut, didampingi pula oleh Penyuluh Pertanian dari BPP Kecamatan Banuhampu sangat senang menerima Tim Pengabdi dari Unand, dan bersemangat dalam mengikuti sosialisasi dan melakukan proses pembuatan biochar menggunakan metode soil pit yang bahan bakunya berupa bambu dan tongkol jagung
“Yang perlu diketahui, bahwa Biochar bukan pupuk tapi bermanfaat untuk pembenah tanah. Aplikasi biochar lebih ditujukan untuk peningkatan produktivitas tanah dan pengelolaan limbah pertanian, sehingga produksi tanaman optimal dapat dicapai plus sekuestrasi karbon. Untuk efektivitas biochar tergantung kualitas biochar, jenis tanaman dan karakteristik tanah. Bahan bakunya bersifat insitu (sumber daya lokal) yang mendukung konsep zero waste. Pemberiannya dapat dilakukan secara tunggal atau campuran dengan kompos dan bahan organik lainnya. Biochar juga mengefisiensi penggunaan pupuk NPK sekitar 25persen,” pungkas Herviyanti. (MA)