Sungai Durian, CanangNews
- Masyarakat Sungai Durian, Kecamatan VII Koto Patamuan, Kabupaten Padang
Pariaman mengungkapkan tentang perlunya normalisasi Batang Mangoi. Sebab, sudah
7 hektar lebih sawah yang hilang akibat dilanda air sungai yang melintasi
nagari itu.
Pelaksana
Tugas (Plt) Walinagari Sungai Durian, Nurhayani, mengemukakan aspirasi
masyarakat tersebut dalam silaturrahim dengan Anggota Komite I Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia (DPD RI) H Leonardy Harmainy Dt Bandaro Basa SIP MH,
Kamis 25 Februari 2021.
Silaturrahim
hari ketiga Leonardy di Kecamatan VII Koto Patamuan, selain diikuti Plt
Walinagari dan perangkatnya, juga dihadiri Camat Imran Rafi’i S Sos.
Sebelumnya, Senin – Selasa (23 - 24/2/2021), Leonardy yang juga Ketua Badan
Kehormatan DPD RI berkunjungi dan bersilaturrahim dengan Wali dan Perangkat
Nagari Tandikek, Tandikek Barat, Tandikek Utara dan Nagari KKS (Kampuang
Tanjuang – Koto Mambang – Sungai Durian).
"Kami
sangat berharap sekali dengan normalisasi Batang Mangoi, Pak. Kami harap bapak dapat
membantu merealisasikan harapan kami ini. Sudah 7 hektar lebih sawah yang
hilang. Belum lagi ladang milik masyarakat," ungkap Nurhayani.
Ketua Badan
Musyawarah (Bamus) Nagari Sungai Durian Amzah M SPd MMM menyatakan dukungan
soal normalisasi ini. Dia juga mengharapkan jalan Sungai Durian ke Korong Sijangek
ditingkatkan. Saat ini masih berbentuk jalan kerekel.
Menurut
Amzah, peningkatan akses jalan ini sangat diperlukan. "Sijangek memiliki
bumi perkemahan yang terkenal. Banyak yang berkemah di sana dari daerah lain.
Namun, jalannya tetap belum berubah," ujarnya.
Kasi
Kesra Nagari Sungai Durian, Hafis, menambahkan, jalan yang masih dikerekel itu
adalah jalan yang sering dilalui anak sekolah. Ia menginformasikan tentang
jalan Sungai Durian yang hingga kini disebut jalan tarandam. Di musim hujan,
jalan itu selalu terendam air.
Menanggapi
penyampaian Plt Walinagari, H Leonardy Harmainy Dt Bandaro Basa SIP MH
menyebutkan, normalisasi Batang Mangoi perlu diperjuangkan. Hal ini dimaksudkan
agar sungai itu tidak mendatangkan bencana lagi terhadap Nagari Sungai Durian.
Begitu juga dengan nagari-nagari yang dilaluinya.
Leonardy
bahkan berkisah, ia sudah menelusuri sungai Batang Mangoi tahun 1982. Saat dia
dua periode jadi pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatra
Barat, banyak normalisasi sungai yang dianggarkannya, meski tidak ada
permintaan atau surat dari masyarakat maupun Bupati Padang Pariaman ketika itu.
Memang belum semua yang bisa dinormalisasi. Leonardy menyebutkan normalisasi dimulai
dari Batang Anai arah ke muara, Batang Naras, Batang Kalampayan.
Untuk
usulan perbaikan jalan, kata Leonardy, harus diperhatikan prinsip anggaran saat
ini. Jalan penghubung antar kecamatan, penganggarannya boleh dari APBD
kabupaten. Namun tentu harus melalui musrenbang, berjenjang dari korong,
nagari, kecamatan hingga kabupaten.
Pedomani SDG’S Desa
Leonardy
mengingatkan pemerintah nagari mempedomani program prioritas penggunaan dana
desa 2021. “Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) telah
mengeluarkan Peraturan Nomor 13 tahun 2020. Sekretaris nagari harus paham
dengan hal ini dan memberikan telaah kepada walinagari karena Permendes itu
menjadi dasar bagi 74.953 desa dalam menyusun rencana kerja dan APBDes 2021,”
ujarnya.
Permendes
menegaskan bahwa dana desa tahun anggaran 2021 diprioritaskan untuk pencapaian Sustainable Development Goal’s (SDG’s)
Desa. SDG’s Desa inilah yang mengukur seluruh aspek pembangunan, sehingga mampu
mewujudkan perkembangan manusia seutuhnya.
“Untuk
itu, saya ingin mendengar apakah APBDes atau di Sumbar APB Nagari Sungai Durian
sudah disusun untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam Pemendesa No.12 tahun
2020 tersebut?” tanya Leo.
Dikatakan
Leonardy, SDG’s Desa merupakan upaya terpadu percepatan pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini terdapat 9 desa: 1. Desa tanpa
kemiskinan dan kelaparan, 2. Desa ekonomi tumbuh merata, 3. Desa peduli
kesehatan, 4. Desa peduli lingkungan 5. Desa peduli pendidikan, 6. Desa ramah
perempuan, 7. Desa berjejaring, 8. Desa tanggap budaya dan 9. Desa Pancasila.
Satu
dari sembilan tipe desa itu bisa menjadi pilihan bagi Sungai Durian. Jika cocok
dengan kondisi nagari saat ini, arahkan pembangunan nagari ke sana. Jika nagari
ini masih banyak penduduk yang miskin, pilihlah tipe desa tanpa kemiskinan dan
kelaparan. Arahkan nagari ini menjadi desa mandiri yang maju secara ekonomi.
Hal ini tergambar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari.
“Pada
desa tanpa kemiskinan dan kelaparan, masyarakat nagari harus ditingkatkan
pendapatannya hingga tidak ada lagi yang miskin. Misal di sini mudah tumbuh
pinang, maka nagari lewat Badan Usaha Milik Nagari (Bumnag) menghitung dan
menyediakan kebutuhan bibit pinang lalu membagikan ke masyarakat. Setelah empat
tahun buah pinang itu dibeli lagi oleh Bumnag dan dipasarkan, begitu
selanjutnya,” jelasnya.
Kata
Leonardy, yakinlah dengan cara ini ekonomi masyarakat nagari lambat laun akan
meningkat. Tak ada lagi kesenjangan, ekonomi masyarakat tumbuh merata.
Namun,
jika ada surat edaran terbaru yang mengarahkan penggunaan dana desa untuk bantuan
langsung tunai (BLT) Dana Desa dan padat karya tunai desa, Leonardy menyarankan
untuk mempedomani hal itu. Nagari diharapkan tetap berupaya mengarahkan
penggunaan dana desa pada salah satu tipe desa yang dituju dengan SDG’S Desa.
(ZT)