Padang Pariaman, CanangNews – Pemberitaan suatu media televisi nasional tentang
perempuan tua – Nenek Ra Ena – menjadi viral setelah ada pihak-pihak yang
mengunduh ke media sosial. Tak pelak, banyak
netizen yang mengomentari postingan rekaman / video tayangan tersebut
dengan ungkapan menyalahkan anak kandung Nenek Ra Ena yang berprofesi sebagai guru
sekaligus kepala sekolah dasar.
Sebagaimana
penjelasan Camat V Koto Timur, Kabupaten Padang Pariaman, Anasman Anwar yang
dihubungi CanangNews via telepon,
Jumat (24/7/2020), Nenek Ra Ena bertempat tinggal di Korong Kampuang Tanjuang,
Nagari Gunuang Padang Alai. Namun, untuk mencapai rumah Nenek Ra Ena harus
jalan memutar melalui Kecamatan Padang Sago.
“Kami
bersama Seksi Sosial Kecamatan, Tim Kepolisian Sektor (Polsek) dan Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mengunjungi Nenek Ra Ena, Selasa (21/7/2020),
untuk melihat kondisi sesungguhnya sekaligus mengantarkan bantuan berupa
bahan-bahan kebutuhan pokok,” ujar Anasman Anwar.
Dengan
mengingat firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an surah ke-49 Al-Hujurat
ayat 6: "Wahai orang-orang yang
beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka
telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.",
berikut kami (redaksi) muat klarifikasi (penjelasan) Febrian Kartinova
– cucu Nenek
Ra Ena – kepada Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten
Padang Pariaman, Anton Wira Tanjung. (Zakirman
Tanjung)
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Mohon maaf karena baru bisa
klarifikasi mengenai pemberitaan "Lansia Terlantar " ini sekarang. Hal itu dikarenakan beberapa hari ini kami fokus untuk membersihkan, merawat dan
menyediakan segala sesuatu untuk nenek kami.
.
Perihal pemberitaan ini, Pak, pada prinsipnya kami juga terkejut ketika mengetahui nenek kami seperti
itu kondisinya di kampung. Padahal, di
kampung ada beberapa sanak famili kami yang bersebelahan rumah dengan rumah nenek.
Bukan kami tidak ingin membawa nenek, Pak, sejak dahulu, waktu almarhum mamak kandung kami (Mak Inggi) masih hidup, sudah beberapa kali beliau hendak membawa nenek. Begitu juga dengan kami sendiri. Akan tetapi, nenek saat itu tidak mau
dibawa
dengan alasan lazimnya orang-orang lanjut usia yakni tidak mau meninggalkan kampung halaman.
Namun, semenjak 2 atau 3 tahun belakangan, nenek sebenarnya
sudah mau dibawa
pindah ke rumah kami, akan tetapi di tahan oleh sanak
famili di kampung yang tinggal di samping kiri dan kanan rumah nenek. Pertimbangan famili dikampung, kami semua pasti sibuk bekerja, biarlah mereka yang merawatnya (pada saat itu).
Dikarenakan famili kami – yang notabene bukanlah orang jauh – berkata seperti itu,
tentu kami merasa lega dan merasa terbantu. Walau seperti itu, Pak, kami sebenarnya tidak berlepas tangan begitu saja dengan nenek. Ibu saya selalu menanyakan tentang kondisi nenek walau melalui hape (telepon seluler –red). Ibu – di
sela sela kesibukan beliau - sering menyempatkan diri
menyilau nenek ke kampung, walau harus menyewa ojek berpengalaman
menuju lokasi karena jalan ke lokasi cukup ekstrim.
Kami
pun selalu membantu sanak famili di kampung dari segi keuangan, Pak. Tetapi, entah kenapa, mungkin karena faktor kesibukan atau entah apa, nenek
menjadi tidak terurus.
Pedih hati kami meliht kondisi nenek seperti itu, Pak. Tahu akan
begini, sudah dari dulu kami bawa, Pak. Sungguh jauh dari apa yang selama ini kami
bayangkan, Pak. Seingat saya waktu terakhir ke sana, kamar nenek terbilang sangat
layak, ada kuri (tempat
tidur – red) besi, ada kasur, ada perlak, ada meja tempat meletakkan
makanan dan lain lain
Tetapi mungkin ini cara Allah Yang Mahakuasa memberitahu kepada kami, dan kami sangat berterimakasih kepada pihak yang memberitakan hal ini, sehingga akhirnya sekarang nenek sudah kami bawa,
tinggal bersama
anaknya – ibu saya – beserta cucunya di kawasan Lubuk Buaya,
Kota Padang. Seandainya tidak ada berita ini, mungkin kami tidak akan pernah tahu bagaimana kondisi nenek sebenarnya yang terakhir kami jenguk sekitar 11 bulan yang lalu.
Biasanya setiap lebaran kami selalu ke kampung, Pak, tetapi karena suasana lebaran kali ini berada dalam situasi pandemi virus corona, maka kami menahan diri untuk ke kampung.
Pada prinsipnya, Pak, kami tidak pernah ingin menyalahkan orang lain atas hal ini. Kami lebih ingin menyalahkan diri kami sendiri. Terimakasih
kami nyatakan kepada semua pihak yang telah membantu nenek selama ini. Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan tersebut. (***)
Alhamdulillah nenek sudah bersama anak cucu nya.
BalasHapusSemoga diusia tua beliau, selalu sehat wal afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta dibawah lindungan Allah Yang Maha Kuaso.
Aamiin ya rabbal Aalamiin...
Alhamdulillah...nenek sudah bersama anak dan cucunya.
BalasHapusAa
BalasHapus