Dalam hal Ini Pemda Mentawai mengambil kesimpulan bahwa Proses belajar mengajar disekolah tidak menggunakan tatap muka sebab resiko sangatlah besar bagi peserta didik nantinya .
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudaayaan Mentawai Oreste Sakeru mengatakan bahwa sistim di aktifitas nantinya bersifat jarak jauh namun meski demikian pihak guru dan yang berkepentingan didalamnya harus hadir ditempat tersebut.
"Memang sebelumnya kita sudah atur jadwal supaya tidak kocar kacir namun komdisi yang dialami oleh kota lain dengan peningkatan dua kali lipat pastinya akan berimbas kepada Mentawai sehingga hal tersebut perlu dilakukan pertimbangan" ungkapnya kepada awak media Jumat 10/7/20.
Dilanjutkan Dia murid melakukan belajar hanya bersifat jarak jauh sehingga resiko penyebaran tidak begitu besar sebab yang menjadi kekawatiran bersama adalah peserta didik .
"Kita juga akan melihat kondisi dalam proses pembelajaran nantinya sebab kasihan bila anak nantinya terkonfirmasi Covid 19 akibat kecerobohan untuk itu proses belajar mengajar bersifat jarak jauh saja" sebut oreste.
Katanya,Aktifitas memang akan dibuka kembali namun dimasukkan kemasa Transisi dahulu dalam konteks pendidikan sehingga di berikan 4 opsi sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dan ternyata opsi tadilah yang cocok dijadikan sebagai pedoman.ucapnya.
Disisi lain Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet menuturkan bahwa,Akan ada kekawatiran yang sulit dihadapi bila memberikan peluang bagi anak untuk bertatap muka sehingga resiko akan tinggi untuk itu dilakukan masa transisi terlebih pertambahan Indonesia akan berdampak ke Mentawai.
"Terlebih Mentawai masik masuk kategori Zona kuning sehingga dinas terkeait mesti waspada dalam mengambil tindakan" lanjutnya.
Masa transisi akan diberlakukan mulai dari tanggal 13 juli sampai dengan 31 namun berpatokan juga pada kondisi kedepan untuk itu di berikan fasilitas dan kelengkapan penunjang .