Kisah Ns Hj Edra Lina SKep Berjuang Melawan Covid-19: Hari-hari di Ruang Isolasi

0

VIRUS corona atau corona virus disease 2019 (covid-19) menjadi musuh yang harus dilawan bersama. Dalam mengatasi masalah ini, pemerintah tak bisa bekerja sendiri tetapi perlu mendapat dukungan berbagai kalangan masyarakat. 

Dalam hal ini, petugas medis menjadi garda terdepan untuk menghadapi covid-19 ini. Semakin banyak kasus dan pasien yang terinfeksi corona, semakin berat perjuangan para pahlawan medis ini.

Dalam melaksanakan tugas sebagai garda terdepan, tidak tertutup kemungkinan -- bahkan berpeluang besar -- bagi tenaga medis terpapar virus corona ini. Seorang di antara tenaga medis yang terpapar Covid-19 adalah Ns Hj Edra Lina S Kep, saat ini menjabat sebagai Kasi Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padang Pariaman.

Edra Lina diduga terpapar covid-19 pada saat melakukan tugasnya sebagai tenaga medis, di mana pada tanggal 25 April 2020 ia kontak langsung dengan pasien positif covid-19 saat pengambilan swab.  Selanjutnya, pada tanggal 2 Mei 2020 ia melakukan tes swab sesuai protokol kesehatan covid-19 meskipun tidak ada gejala.

“Pada tanggal 3 Mei 2020 keluar hasilnya dan saya dinyatakan positif.” tuturnya.

Keesokan harinya, Senin 4 Mei 2020, ia langsung dikarantina ke  Balai Pelatihan Kesehatan  (Bapelkes) di Gunung Pangilun dan pada hari itu juga dilakukan tes swab berikutnya dan dinyatakan positif lagi.

“Saat mengetahui hasil tes swabnya positif lagi, saya sempat merasa down dan bertanya-tanya apakah ini akhir dari semuanya? Namun, setelah mendapat dukungan dari orang-orang terdekat, terutama keluarga, saya mencoba untuk bangkit," ujarnya. 

Dalam karantina, lanjut Edra, ia selalu memotivasi diri dengan sugesti bahwa virus dapat dilawan dengan imun yang bagus serta terus berprasangka baik kepada Allah Yang Mahakuasa yang telah memberikan cobaan. Selain itu, ia berusaha tetap gembira guna meningkatkan daya tahan tubuh. 
 
Istri tercinta Dasril Hemansyah AMd ini juga menceritakan, pertama kali dinyatakan positif sebenarnya bisa dengan karantina di rumah saja. Namun, stigma masyarakat yang belum paham akan covid-19 masih mengganggap ini aib dan harus dijauhi, bahkan keluarga dari perawat ini juga sempat dikucilkan, sehingga perlu untuk memberikan edukasi lebih kepada masyarakat agar mereka paham terhadap covid-19 ini.

Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diangkat pada tahun 2000 ini menambahkan, sebagai tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam penanganan pasien covid-19, ikut terpapar virus ini sudah menjadi risiko sebuah pekerjaan. Tim medis memang harus rela bertaruh nyawa demi menyelamatkan nyawa orang lain dan tidak ada yang harus disesalkan. Semua yang terjadi ini merupakan kehendak Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan akan ada hal yang baik di balik semua rencanaNya .

“Selama proses karantina di Bapelkes dalam ruangan tersebut hanya saya sendiri. Tidak ada teman untuk mengobrol dan berkomunikasi. Alhamdulillah... saya beruntung karena para petugas di Bapelkes tersebut memberikan  pelayanan sangat baik dan sesuai dengan protokol kesehatan, serta mereka terus mendukung penyembuhan dengan ngobrol dan selalu memberikan semangat,” kata perempuan kelahiran Sijunjung 12 Agustus 1979 ini. 

Ibu tiga orang anak  ini melanjutkan, selama berada di karantina hal yang paling sulit untuk dia jalani harus berpisah dengan keluarga dan anak-anaknya, terutama dengan si yang kecil baru berusia 3,5 tahun. Namun, dengan dukungan yang diberikan keluarga, terutama suaminya yang selalu berkomunikasi pada waktu berbuka dan waktu sahur,  semakin mendorong Edra untuk berusaha melawan covid-19 ini hingga dinyatakan sembuh. 

 “Pada tanggal 13 Mei 2020 kembali dilakukan pengambilan tes swab dan hasinya dinyatakan negatif.  Namun, saya harus menunggu tes swab selanjutnya hingga dinyatakan benar-benar sembuh. Alhamdulillah... pada tanggal 16 Mei 2020 saya tes swab terakhir dan hasilnya negatif sehingga saya diperbolehkan pulang," ulas Edra. 

Selama 21 hari berada di ruang karantina, katanya lagi, banyak hal yang dia rasakan.  Selain hanya tinggal sendiri tanpa ada teman di dalam kamar yang berukuran 3 x 4  dan harus menanggung rasa sakit saat pengambilan swab yang dilakukan beberapa kali.

Kepada seluruh lapisan masyarakat ia berpesan, jika menjadi pasien terpapar covid-19 janganlah bersedih dan teruslah berprasangka baik kepada Allah Ysng Maha Penyayang karena akan ada anugrah di balik musibah serta terus memotivasi diri dan yakin akan sembuh. 

Selain itu, lanjut dia, teruslah menambah pengetahuan tentang covid-19, terus konsumsi vitamin C dan E, Kalau bakteri dilawan dengan anti biotik. 

"Khusus untuk tenaga tesehatan, mari selalu disiplin mengunakan protokol, kalau tidak, sama dengan bunuh diri. Jika sudah memilih pekerjaan ini harus siap menerima risiko. Namun, yakinlah, Allah Yang Mahaagung akan selalu melindungi hamba-hambaNya yang tulus dalam bertugas," ujarnya mengakhiri.  (R/ZT)

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(50)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top