Catatan Bagindo Yohanes Wempi
TERAKHIR kali penulis komunikasi via telpon bulan Januari dengan Mak Itam Kalingga yang bernama asli Thaharuddin Jambak. Pada saat itu Mak Itam bertanya berkaitan dengan pilkada (pemilihan kepala daerah - red), berbicara masalah Piaman (Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman), dan akhir pembicaran selalu bertanya keadaan dan kondisi cucu, mertua dan istri penulis.
Sedangkan pertemuan terakhir penulis dengan Mak Itam Kalingga pada bulan Desember tahun lalu di rumahnya yang selalu beliau sebut istana. Kebiasan penulis jika berkunjung ke rumah Mak Itam selalu siang hari sebelum shalat zuhur. Karena kebiasaan ini selalu dimanfaatkan mengajak Mak Itam Kalingga makan ikan gariang air tawar di rumah makan yang berada didekat rumahnya.
Namun, Innalillahi wainailaihi raji'uun... sekira pukul 20.00 WIB Kamis malam tadi penulis mendapat kabar bahwa Mak Itam Kalingga sudah berpulang ke Rahmatullah, menghembuskan napas terakhir di RSUD Pariaman pukul 18.00 dalam usia 65 tahun. Penulis agak tersentak dan tumbuh rasa sedih mendengar kabar duka ini. Sedih karena almarhum adalah sosok guru, kawan diskusi dan sudah dianggap orangtua sendiri. Kini beliau sudah kembali menghadap Sang Khalik untuk selamannya.
Mendapatkan kabar kepergian beliau menghadap Sang Khalik, penulis berdoa dan meminta kepada Allah. Yang Mahaagung agar menerima amal kebaikan almarhum selama hidup di dunia dan mengampuni segala dosanya serta diakhirat mendapat tempat di sorgaNya.
Mak Itam Kalingga merupakan sosok tokoh yang fenomenal menurut penulis. Secara Idiologi almarhum adalah pengagum Bung Karno dan aktif sebagai kader PDIP. Namun, secara sosial politik beliau dekat dengan semua politisi lintas partai. Menurut penulis, hebatnya lagi, beliau jadi guru para politisi dan kawan diskusi bagi politisi muda lintas partai di Piaman.
Semasa muda beliau lama menghabiskan waktu di perantauan. Di usia tualah beliau terjun mengabdi di kampung. Salah satu kepiawan beliau mampu mendampingi H Muslim Kasim (MK - almarhum) menjadi bupati Padang Pariaman. Waktu itu Padang Pariaman masih laweh masih mencakup Kabupaten Kepulawan Mentawai dan Kota Pariaman. MK jadi bupati dua periode lalu jadi Wakil Gubernur Sumbar.
Cerita ini penulis dapat dari mertua yang sewaktu hidup dekat dengan Mak Itam Kalingga, sama-sama pejuang. Itu makanya almarhum Mak Itam Kalingga ketika komunikasi selalu menitip salam pada keluarga dan mertua.
Berbicara tentang Almarhum Mak Itam Kalingga, penulis yakin semua politisi tahu bahwa yang mendampingi H Ali Mukhni sejak menclonkan diri jadi wakil bupati Padang Pariaman tahun 2005 yang hingga kini bisa jadi bupati dua periode juga Almarhum Mak Itam Kalingga.. Kedekatan Mak Itam ini dengan Bupati Ali Mukhni juga bisa dirasakan ketika ada perselisihan kebijakan antara Kepala Daerah Padang Pariaman dengan sejumlah Pimpinan dan Anggota DPRD Padang Pariaman, sosok Mak Itam inilah yang ikut melobi-lobi, memberi pandangan ke semua pihak terkait dan akhirnya kembali cair.
Mak Itam Kalingga, di samping sosok yang mempengaruhi politik Piaman, beliau juga sosok yang dekat dengan pesantren. Penulis kenal beliau di saat melakukan kunjungan ke Pesantren Tuangku Jangguik (pangilan khas) tahun 2008 dekat rumahnya.
Tidak itu saja. beliau pun termasuk tokoh tua nagari yang selalu menghidupkan kegiatan anak nagari ,mulai kelompok tani, kelompok kesenian, kelompok olahraga dan lainnya.
Terkadang untuk menghidupkan kegiatan masyarakat tersebut, Mak Itam Kalingga tidak segan-segan dan dengan jiwa ikhlas memberikan bantuan, memberikan sumbangan, pendampingan, istilah Piaman suka baturun untuk menghidupkan kegiatan anak nagari.
Para pemangku kepentingan di Piaman, baik di rantau maupun di kampung, tentu kenal dengan almarhum Mak Itam Kalingga ini. Penulis yakin ketika mendengar berita beliau meninggal, maka banyak yang merasa kehilangan dan tak percaya beliau terlalu cepat dipanggil oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Mak Itam Kalingga tidak adalagi, Piaman sudah kekurangan sosok tokoh yang bisa dekat dengan semua orang dan beliau termasuk tokoh pemersatu dan perekat semua politisi di Piaman. Jika ada Mak Itam Kalingga, maka panas politik Piaman terutama Padang Paeiaman bisa cair dan sejuk.
Sekarang hanya doa yang bisa kuta berikan pada Almarhum Mak Itam Kalingga yang wafat pada malam Jumat, hari yang sangat baik. Penulis tidak heran beliau meninggal di hari mulia ini karena semasa beliau hidup selalu taat beribadah, baca Al-Qur'an, terakhir 1 juz sehari, shalat sunat tidak pernah tinggal.
Semoga beliau masuk surga. aamiin... [*]
Catatan redaksi: ketika mempublikasikan opini ini, Jumat (3/4/2020) pukul 10.24 WIB, jenazah Mak Itam Kalingga disemayamkan di rumah duka yang almarhum sebut istana, di Korong Sungai Jatuah, Nagari Balah Aie Utara, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman - di pinggir jalan Pariaman - Sicincin. (Zakirman Tanjung)