Oleh, Bagindo Yohanes Wempi
SISTEM sosial budaya Luak
Rantau Piaman sangat majemuk, variatif dan bernilai tinggi. Di sini tumbuh
sistem sosial budaya yang menggambarkan adanya keanekaragaman seni budaya yang
bermartabat. Terutama dalam sisi budaya kesenian, yang paling terkenal salah
satunya adalah alek nagari yang mengakar disetiap nagari.
Meninjau perjalanan panjang alek nagari, sebenarnya telah
dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Sebelum Islam masuk, alek nagari sudah ada
dinamakan dengan alek pauleh, panyabuangan, dll. Alek pauleh,
panyabuangan ini mewujudkan suatu pertandingan yang sifatnya kompotisi kesenian
kebatinan yang berujung pada korban jiwa.
Situasi ini diubah ketika ulama besar Syekh Burhanuddi
menyampaikan ajaran Islam, sehingga disaat itu nilai-nilai alek nagari sudah
tersentuh dengan ajaran Islam, yang sifatnya alek nagari kompotisi kesenian
kebatinan, menjadi sarana membangun silaturahim dan persaudaraan atar
nagari.
Saat Islam masuk keranah minang, acara alek nagari dijalankan
dengan menerapkan nilai-nilai agama. Sehingga, alek nagari pada waktu itu tidak
ada lagi perjudian, tidak ada menyambuang ayam, tidak ada adu kerbau, tidak
adalagi adu kebatinan atau pergelaran kesenian lainnya yang sifatnya melanggar
niali-nilai adat- basandi syarak,syarak basandi kitabullah (ABS-SBK).
Tapi, secara umum diilihat dari sejarahnya alek nagari dalam
data yang penulis dapatkan bahwa pergelaran alek nagari ini, lahirnya, tidak
banyak ninik mamak yang tahu, mereka hanya tahu alek nagari ini sudah ada
semenjak gunung marapi, jo gununang singgalang sagadang talua itiak. Artinya
tidak ada catatan sejarah yang menjelaskan tentang itu, yang ada kaba (cerita)
dari generasi ke generasi.
Bercerita mendalam tentang alek nagari, merupakan alek atau
pesta kepemilikannya para penghulu/ninik mamak, yang dalam pelaksanaannya
disalangkan (pinjamkan) oleh ninik mamak kepada anak mudo (generasi muda)
selaku penyelenggara kegiatan tersebut.
Pergelaran alek nagari diawali dari suatu prosesi adat istiadat
yang diatur melalui musyawarah ninik mamak dan anak mudo-mudo yang diwakili
oleh kapalo mudo. Seluruh ninik mamak dan pemuka masyarakat yang ada disetiap
nagari-nagari di luak rantau (piaman) berkumpul dan mengadakan parudingan, atau
musyawarah terlebih dahulu untuk menyepakati diadakan acara alek nagari
tersebut.
Maka dalam parundiangkan atau musyawarah disepakati mancabiak
siriah dalam cirano rencana alek nagari. Dimulai dengan ninik mamak memberikan
perintah kepada anak mudo untuk melaksanakannya, ini diawali duduk barapak
(berkumpul) sebelum dilaksanakan alek nagari.
Setelah itu baru disepakati penampilan kesenian apa saja
yang akan digelar, seperti menyepakati penampilan randai, ulu ambek, indang dan
pemainan kesenian ninik mamak lain-lainya. Terakhir, menyepakati aturan-aturan
larangan, serta aturan apa saja yang dibolehkan dalam acara alek nagari
tersebut.
Realisasi alek nagari biasanya dilakukan mulai beberapa hari,
seminggu, ada yang sebulan, semua tergantung kesepakatan serta berapa lama penampilan kesenian itu dilakukan. contoh,
penampilan indang berapa kali naik (tanpi) , jika lima kali, indang tersebut
berarti lebih dari enam hari.
Penampilan ulu ambek berarti tambah lagi harinya. Maka
penentuan hari tergantumg dari banyak
penampilan kesenian yang direncanakan. Dilihat dari perjalan pergelaran alek
nagari yang dilakukan tersebut, memberikan dampak positif terhadap masyarakat
nagari, baik dari sisi hiburan, budaya dan ekonomi.
Dengan adanya alek nagari digelar maka kehidupan masyarakat
jadi semarak, dan bemakna. Setelah selesai satu acara, maka alek nagari
berikutnya akan digelar juga dinagari lain yang ada jeda waktu. Sehingga,
dalam perjalannya alek nagari ini berbentuk kegiatan arisan, berpindah dari
satu nagari ke nagari lain.
Jadi keberadaan alek nagari akan terus menerus dilaksanakan di
setiap nagari sepanjang tahun. Dengan berjalannya waktu alek nagari sudah mulai
mengalami degradasi nilai dari adat istiadat muasalnya, yang dahulu alek nagari
di jalankaan melalui proses adat sakral yang bernilai tinggi dengan sentuhan
nilai-nilai Islam.
Sekarang tidak lagi, alek nagari sudah begeser dari adaik lamo pusako usang. Situasi ini jika dilihat
dilapangan sudah memprihatinkan. Alek nagari sekarang sudah bergeser pada
hiburan semata, seperti pasar malam didaerah Jawa, yang tidak ada nilai
budayanya.
Disebut alek, tapi sudah menyimpang dari adat minangkabau.
Karna menampilkan kesenian modren yang menyimpang, dan dapat merusak
moral masyarakat, seperti penampilan orgen tunggal yang mendatangkan perempuan
yang mengumbar sahwat.
Sehingga kemurnian dari tampilan kesenian alek nagari tidak lagi
berbudaya tinggi. Situasi ini bisa dilihat dari sisi pengelolaan alek nagari
yang sudah masuk nila-nilai dari Barat, misalnya sudah disediakan cafe remang-remang yang
menyediakan minum-minuman beralkohol, video sensual, serta dilengkapi dengan
wanita-wanita penghibur yang makin merusak nilai-nilai budaya minangkabau.
Tidak itu saja, kemerosotan dilengkapi dengan menyediakan
arena perjudian, yang dahulu sangat dilarang sekali. Sehingga, jika
dilihat secara garis besar maka acara alek nagari sudah mirip dengan
lokalisiasi hiburan ala barat (texas) atau pasar malam era belanda yang akan
merusakan nilai-nilai minangkabau.
Itulah kondisi alek nagari yang diselengarakan saat ini. Situasi
alek nagari seperti saat ini jika dibiarkan akan merusak tatanan nilai-nilai luhur kehidupan
masyarakat nagari yaitu “adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah”.
Maka, saatnya alek nagari ini kembali dibenahi caro adat lamo,
pusako usang. Membenahi alek nagari yang sudah menyimpang ini sangatlah tidak
mudah, karena alek nagari terjebak kedalam alat hiburan dan
komersialisasi semata. Secara teori, mengembalikan alek nagari kenilai-nilai
aslinya, ibarat “pinang kembali katampuaknyo, siriah kembali kagagangnyo”.
Sehingga ninik mamak dan alim ulama harus menertipkan alek
nagari sesuai nilai-nilai budaya minangkabau. Seperti melarang adanya
sarana perjudian, hiburan modren seperti orgen dibatasi, jika diperlukan
ditiadakan saja.
Ninik mamak selaku penanggung jawab alak nagari harus menegakkan
ke kebenaran hakiki. Pihak pemerintah, melalui kepala daerah (Walikota, Bupati,
Gubernur) harus bekerjasam dengan pihak-pihak penegak hukum menertibkan alek
nagari yang digelar dinagari. Jika telah melanggar hukum, harus
ditindak tegas.
Sehingga ketentraman masyarakat bisa tercipta dan amannya
anak-anak terhidar dari ganguan kerusakan moral. Secara umum, alak nagari
sangat bermanfaat bagi masyarakat. Alek nagari harus dipertahankan pelaksanaan
secara adat lamo pusako usang, karena merupakan pergelaran kesenian
peninggalan sejarah lama kebudayaan minangkabau, khusus orang Luak Rantau.
Sangat ideal alek nagari ini dipertahankan. Jika ada
inovasi-inovasi baru sesuai dengan perkembangan zaman, harus disesuaikan dengan
nilai-nilai keminangkabau-an (*)
Assalamualaikum,sungguh goresan yg penuh makna,uptudate,realistis,dan logis serta membangun.
BalasHapusKalau boleh berkomentar tentang goresan dg judul " Kemiskinan dan Rasa Kebahagiaan ( Padang Pariaman ) yg menyangkut prosesi adat dg hal kemiskinan di Padang Pariaman.
Dengan argumen Penulis menggambarkan bahwasanya prosesi adat berdampak terhadap kemiskinan,dan perlu dibenahi,apakah sekiranya pemikiran seperti ini kalau dilihat terlalu dini untuk digoreskan hingga dipublikasikan,hingga sebagai kambing hitam dalam kurang dan atau ketidak berhasilan dalam meningkatkan taraf ekonomi masyarakat,sekiranya yg menjadi kekayaan khasanah ADAT NAN DIADATKAN di Kabupaten Padang Pariaman,sesuatu yg mestinya menjadi kebanggaan bisa juga dianggap sebagai faktor dari susahnya menyelesaikan sebuah PR.
Adat Salingka nagari ( nagari Padang Pariaman ) dalam hal prosesi adat sebagaimana paparan penulis diatas adalah ADAT NAN DIADATKAN, dan memang ada bahasa yg mengatakan hal sedemikian dg istilah " Maangkek Baban " ( bagi pihak mempelai wanita ).akan tetapi kalau dilihat dari sisi lain dlm prosesi inilah sangat dituntut kebersamaan dan kesolidan dalam hal berkeluarga dan berkaum,hingga peranserta lingkungan dan masyarakat,hingga terlaksananya prosesi adat ini dari awal sampai akhir dg sukses.
Akan tetapi penulis pasti punya dasar telaah dan penelitian,Namaun seberapa besar pengaruhnya prosesi adat terhadap kemiskinan di Padang Pariaman, dan dari sudut pandang mana hal ini menjadi kajian,mari sama sama kita dalami,....mohon maaf atas kalau salah kata,wassalam 🙏