Pembangunan Padang Pariaman Kelanjutan

0



Oleh Bagindo Yohanes Wempi.

SETIAP  generasi kepemimpinan sesuai dengan nilai undang-undang tentang Pemerintahan Daerah harus ada  kesinambanungan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat.

Namu didaerah Padang Pariaman tidak nampak berkesinambungannya sesuai dengan cita-cita bersama masyarakat Padang Pariaman disaat terjadinya pemekaran dengan kondisi sekarang.

Ambil contoh Generasi kepemimpinan Almarhum Drs. Muslim Kasim Dt Bandaro basa dengan Drs. Ali Mukhni tidak berkesinambungan, kebijakan  terakir adalah kawasan rest area (waterbom anai) dirubah menjadi pabrik cacau/coklat, sebelumnya kawasan kebun penyanggah air dirubah menjadi kota (Tarok city) dengan tidak melanjutkan pembangunan Kota Mandiri Ibu Kota Parit Malintang.

Situasi tersebut memberikan kesan ada mata rantai perjalanan cita-cita bersama dari masyarakat Padang Pariaman yang akhirnya terputus, selaku masyarakat Padang Pariaman melihat situasi ini merupakan diantara kriteria-kriteria kegagalan yang jadi perhatian serius untuk menatap Padang Pariaman kedepan.

Sembilan kawasan strategis di ataranya Kawasan Makam Syekh Burhanudin, Rest Area Malibo Anai, Central Business District (CBD), Kawasan Embarkasi haji, kawasan Gerbang Bandara, Kota Mandiri dan Terminal Regional, Kawasan pertanin ungulan wilayah utara. Semuanya telah dirumuskan dan direaliasikan melalui pemikiran yang berat dengan menghabiskan energi  besar pemerintah  daerah, serta mengelontorkan dana yang banyak. Ternyata dalam perjalanan generasi kepemimpinan Padang Pariaman terlihat tidak dijalankan dengan berkesinambungan.

Sehingga, dari sembilan kawasan strategis (SKS) tersebut hanya beberapa yang dijalankan, itu pun dinilai tidak serius oleh Anggota DPRD. Penulis melihat kondisi SKS yang terbengkalai, sangat ideal setiap generasi kepemimpinan harus dikatakan, “tidak ada kata tidak”, mereka harus melanjutkan SKS ini secara kontinyu dan berkesinambungan.

Sehingga, visi Padang Pariaman berkelanjutan bisa terwujud. Padang Pariaman secara geografis memiliki posisi yang strategis di daerah Provinsi Sumatera Barat dengan posisi astronomis Kabupaten Padang Pariaman dan memiliki keistimewaan dari setiap potensi wilayah yang ada di Ranah Minang ini, daerah Padang Pariaman memiliki pantai dan laut, dataran, pegunungan (gunung tandikat), perbukitan (deretan bukit barisan), sungai, dan lainya, semuanya lengkap

Potensi pertanian yang ada di Padang Pariaman dilihat dari ketersediaan jumlah luas lahan sawah di atas memiliki peluang besar untuk dikembangan, potensi ini jika berkembang akan mampu meningkatkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Padang Pariaman, serta otomatis akan mampu mensejahterakan masyarakat.

Sekarang pertanyaanya apakah sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan ini sudah dijalankan secara revolusioner untuk kesejahteraan masyarakat? Jawabnya adalah belum. Maka, perlu dimaksimalkan lagi, sektor pertanian yang ada seperti konsep optimaliasi dan pemanfaatan lahan sama secara beragam tanaman belum menyeluruh terjadi di tengah petani, yang sederhana di ataranya adalah pemanfaatan lahan sawah saat menanam padi tidak dijadikan/difungsikan juga menjadi kolam ikan air tawar, serta pematang sawah yang tersedia kosong tidak ditanami tanaman holtikultura (jagung, cabai, bawang, dan lainya).

Sehingga, setiap masa tanah berlalu, petani sekadar menghasilkan padi, tidak ada menghasilkan produksi lain yang akan meningkatkan pendapatnya. Inovasi dan kreativitas pemanfaatan lahan seperti di atas yang perlu dilakukan ke depan. Pada saat Bupati Padang Pariaman, Almarhum Drs. Muslim Kasim. MM, Akt memimpin ada satu gerakan perkebunan yang dilakukan secara masif dan booming yaitu menjadikan Padang Pariaman sentral kakao di wilayah barat Indonesia.

Cita-cita tersebut direaliasikannya melalui program penanaman kakao besar-besaran, dan dilengkapi dengan pembuatan tugu kakao, dan fasilitas lainya, setelah mendekati 15 tahun perjalan gerakan penanaman kakao tersebut di Padang Pariaman dilihat dari cita-cita awal dinilai belum berhasil.

Ketidakberhasilan ini dapat dilihat seperti rendahnya hasil produksi kakao, pemeliharaan tanaman kakao tidak sesuai dengan teorinya, maka dari gerakan penanam kakao tersebut tidak terbangun budaya sosial masyarakat cinta tanaman kakao.

Jika sektor ini bisa dibenahi dan diberi sentuhan inovasi-inovasi maka ada satu keyakinan bahwa sektor ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang akan mampu menyejahterakan Padang Pariaman secara keseluruhan.

Begitu juga dengan mangkraknya waterbom anai dikawasan rest area unggulan, secara adil untuk Padang Pariaman berkesinambungan tidak lerlu melakukan dikotomi kebijakan, idealnya waterboom tersebut karena masuk sembilan kawan strategis yaitu kawasan rest area gerbangnya padang pariaman dari padangpanjang, bukittingi, riau harus  tetap dilanjutkan dan dikembangkan sesuai Peraturan Daerah yang sudah disepakati.

Begitu juga dalam 9 kawan strategis ada pembangunan Kota Mandiri Parit Malintang, jika generasi ini berkelanjutan maka pembangunan kota mandiri itu sudah direalisasi, namun kenyataanya yang terjadi adalah ada pembangunan kota baru yang dinamanakan Tarok City yang menutupi rencana kota mandiri parit malintang sebelumnya.

Kesinambungan pembangunan sangat diperlukan, satu generasi kepemimpinan harus memberikan pembangunan yang harmoni, jika  setiap generasi kepemimpinan tidak berkesinambungan maka akan ada dampak buruk dari pembangunan tersebut, salah satunnya banyak pembangunan insprastruktur  yang mangkrak, keadilan dan pemerataan pembangunann tidak dirasakan oleh masyaraka dan banyak efek lain.

Nah barang tentu pembangunan berkesinambungan dari generasi ke generasi kepala daerah harus jalan, dan harus menjadi komitmen bersama untuk terciptanya keadilan dan kemakmuran di Padang Pariman [*].

Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(50)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top