Unjuk rasa itu dilakukan di depan Kantor Gubernur Sumbar, Rabu,
(4/4/2018). demontrasi tolak BBM Ini juga diwarnai aksi saling dorong antara
pihak demonstran mahasiswa dengan polisi.
Mereka menolak kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan
bakar minyak (BBM), memastikan ketersediaan bahan bakar bersubsidi. Aksi damai
tersebut mendapatkan penjagaan cukup ketat dari aparat kepolisian.
Koordinator Pusat BEM se-Sumbar, Faizil Putra, mengatakan
kenaikan harga BBM pada 24 Maret lalu dinilai sebagai kebijakan yang bernuansa
neolib. Padahal sebulan sebelumnya harga BBM non subsidi secara keseluruhan
juga telah mengalami kenaikan.
"Kebijakan tersebut semakin membuka lebar jalan bagi
perusahaan minyak asing dalam persaingan industri migas di sektor hilir. Ini
menjadi pelengkap liberalisasi industri migas yang sebelumnya sektor hulu telah
terlebih dahulu diliberalisasi secara ugal-ugalan," ujar Faizil.
Dalam aksi tersebut para mahasiswa juga membentangkan sejumlah
spanduk. Secara bergantian, para mahasiswa melakukan orasi yang isinya mengecam
kenaikan harga BBM.
Sejumlah tuntutan disampaikan di antaranya, meminta pemerintah
menghentikan kebijakan yang berdampak buruk kepada masyarakat. Yakni pencabutan
subsidi, penjualan aset negara dan lainnya. Menyerukan kepada pemerintah dan
rakyat untuk meninggalkan sistem ekonomi kapitalisme dan sekulerisme yang telah
menggerogoti SDM dan SDA negeri ini.
"Jadi, kami akan mengawal kesepakatan ini dalam dua puluh
hari, apabila tidak berjalan kami akan kembali melakukan aksi," katanya.(mk/ad)