Limapuluh Kota, CanangNews – Puluhan tahun
hidup dari belas-kasihan tetangga, nenek tua bernama Nurmawilis (80 tahun)
harus pula merawat dan menanggung dua orang anak laki-lakinya – Lukman (50) dan
Sapri (45) yang mengalami gangguan jiwa serta pendengaran. Untuk tempat
bernaung, tiga beranak ini menempati rumah bersekat papan dan atap bekas yang
bocor.
Sebagaimana dirilis www.minangkabaunews.com, rumah
berukuran 6x4 itu berada di Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten
Limapuluh Kota. Mirisnya, rumah ini tidak jarang dimasuki oleh ayam dan kucing
untuk mencuri makanan. Kondisi dinding papan rumah tidak seperti dinding rumah
papan layak huni. Tidak hanya posisi rumah yang kelihatan miring akibat usia, air
hujan juga masuk dari puluhan atap yang berlobang.
"Tanah tempat rumah ini berdiri adalah
peninggalan orangtua kami. Hujan datang kami berkumpul di dapur menghindari
basah sambil menahan dingin karena dinding dapur memang seadanya saja,"
kata Nurmawilis yang masih memiliki pendengaran bagus.
Tidak hanya mengalami kebutaan di usia 80
tahun, merawat dua orang anak yang mengalami gangguan jiwa serta pendengaran
juga menjadi rutinitas wanita yang biasa disapa Nek Eli ini. Tegar dan sabar,
bahkan untuk pengobatan anak yang musti berobat rutin sekali seminggu tetap dia
lakukan. Mengandalkan tumpangan kendaraan warga sekitar untuk mendatangi rumah
sakit membeli obat, membuat Eli tidak mampu lagi untuk mengobati anaknya secara
rutin.
"Lebih banyak mengandalkan tumpangan warga
untuk pergi ke rumah sakit. Karena terkendala biaya dan keinginan kuat untuk
tetap mengobati anak, obat yang seharusnya digunakan satu minggu, nenek jadikan
15 hari," ungkap Eli dengan ketegarannya.
Eli mengatakan, kedua anaknya tidak dapat diajak
berkomunikasi dengan baik karena keterbatasan penglihatan. Untuk menyuruh makan
seadanya, dia memanggil dengan teriakan. Ia mengaku memang tidak butuh bantuan
beras karena masih memiliki petak sawah warisan yang dikelola oleh orang lain.
Sebagian tanah serta sawah sudah habis terjual untuk pengobatan anak-anaknya
dan biaya hidup sehari-hari.
"Dua anak nenek tidak dapat berbuat
apa-apa karna penyakit yang mereka alami. Masih ada sawah yang menghasilkan,
namun itu tidak bertahan lama, untuk lauk serta sayur kadang ada warga sekitar
yang mengantarkan," imbuh Eli. Matanya tampak berlinang ketika dikunjungi
wartawan.
Mendengar ada masyarakat yang hidup dengan kondisi
memprihatinkan, Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi bersama Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) mendatangi rumah tidak layak huni tersebut, rumah yang tidak jauh
dari komplek kantor bupati serta gedung DPRD Kabupaten Limapuluh Kota itu,
Irfendi Arbi memerintahkan seluruh staf untuk bergotong-royong merenovasi rumah
tersebut.
"Sangat prihatin dengan kondisi warga
seperti ini, saya sudah perintahkan seluruh staf untuk bergotong-royong
merenovasi rumah Bu Nurmawilis. Kedatangan ke rumah warga tersebut kita bersama
kepala BPJS dan Dinas Kesehatan, akan kita tindak lanjuti. Kepada warga sekitar
saya meminta untuk terus membantu, kasihan kita, beliau seorang diri menghidupi
anaknya," kata Irfendi Arbi kepada wartawan. (Rino)