Padang, CanangNews – Wartawan utama
Yurnaldi yang juga dikenal sebagai salah seorang penyair Indonesia asal Sumatra
Barat, memaknai Hari Pers Nasional 2018 kali ini dengan menerbitkan buku Kritik
Presiden dan Jurnalisme Hoax. Buku tersebut baru selesai cetak Selasa (6/2/2018)
dan diharapkan bisa menjadi bahan bacaan wartawan Indonesia yang datang di Kota
Padang pada acara puncak HPN 2018 yang dihadiri Presiden Joko Widodo. Buku
tersebut juga direncanakan diserahkan langsung penulisnya ke Presiden Joko
Widodo.
“Buku
adalah mahkota wartawan. Buku adalah karya tertinggi dan terpenting seorang
wartawan. Wartawan profesional mesti menulis buku agar terus menjadi wartawan
yang diperhitungkan. Apalagi buku-buku tentang jurnalistik sangat minim. Makanya,
akibat kekurangan bacaan banyak wartawan terperangkap pada perilaku wartawan
yang tak sesuai etika profesi dan maraknya berita hoax akhir-akhir ini, yang
sangar meresahkan masyarakat, bangsa. dan negara,” kata Yurnaldi, Selasa (6/7)
di kantor Komisi Informasi Provinsi Sumatra Barat.
Yurnaldi
selama 32 tahun berkarir di dunia wartawan, sudah menulis puluhan buku, baik
karya kompilasi, menulis bersama dengan wartawan lain, maupun menulis buku
sendiri. Khusus buku-buku jurnalistik, buku yang sudah beredar luas sebelumnya
dan menjadi referensi wartawan dan dunia perguruan tinggi antara lain buku Kiat
Praktis Jurnalistik, Jurnalistik Siap Pakai, Foto Jurnalistik dan Kaya dengan
Foto, Jawara Menulis Artikel, dan Jurnalisme Kompas. Dan yang sekarang baru
terbit adalah buku Kritik Presiden dan Jurnalisme Hoax.
Tidak
hanya dikenal sebagai penulis buku, mantan wartawan Kompas dan mantan Pemimpin
Redaksi Harian Vokal Sumsel dan harian Riau Hari Ini, serta pernah jadi
konsultan konten media di harian Singgalang dan Haluan Media Group (Haluan, di
Padang; Haluan Riau di Pekanbaru, dan Haluan Kepri di Batam), juga dikenal
sebagai mentor yang sudah melatih ribuan calon wartawan, wartawan, dan redaktur
di berbagai kota di Indonesia.
Yurnaldi
menjelaskan, buku Kritik Presiden dan Jurnalisme Hoax, memuat 21 esai
jurnalistik yang membahas beragam persoalan terkini pers, wartawan, dan media.
Termasuk kritik presiden terhadap media, soal membanjirnya berita bohong
(hoax), eskalasi kekerasan terhadap wartawan, dan soal kemerdekaan pers di
Indonesia.
“Saya
setuju dengan Presiden Joko Widodo bahwa yang berharap pihak media mainstream
untuk tidak memberi tempat pada berita bohong (hoax) yang menebarkan kebencian,
menghasut, memfitnah, dan merusak harmonisasi di negara yang berbineka tunggal ika
ini. Penyebaran hoax baru bisa dibabat habis jika masyarakat sudah benar-benar
menerapkan budaya baru dalam berkomunikasi, baik di kenyataan maupun di dunia
maya. Budaya baru itu salah satunya adalah mulai membangun nilai-nilai
kesopanan dan kesantunan dalam berucap serta menyampaikan ujaran-ujaran di
media sosial,” ungkap Yurnaldi.(mf/ad)