Catatan Zakirman Tanjung
SELASA pagi sekira pukul 07.30 WIB, 12 Desember
2017; ketika saya sedang berada di ruang Media Centre Kantor Bupati Padang
Pariaman, masuk seorang rekan sesama wartawan – Bustanul Arifin. Dia memberi
tahu, di halaman depan sedang berlangsung apel pagi aparatur sipil negara.
Namun, jumlah aparatur yang mengikuti apel sangat sedikit jika dibanding jumlah
aparatur yang berkantor di kawasan pusat pemerintahan itu.
Tanpa
menanggapi dengan kata-kata, saya mengajak Bustanul ke halaman, lalu meminjam smartphone miliknya. Dengan telepon
seluler berkamera tersebut, saya memotret peserta apel pagi dari berbagai sisi.
Dalam benak saya waktu itu sudah terpikir untuk menulis seperti yang sedang
anda baca saat ini.
Informasi
yang disampaikan Bustanul ternyata tidak berlebihan. Aparatur yang mengikuti
apel pagi sepertinya kurang dari 25 persen dari jumlah total pegawai negeri
sipil (PNS) dan tenaga honorer lima organisasi perangkat daerah (OPD) yang berkantor
di kawasan tersebut. Sementara pejabat level eselon dua yang hadir hanya tiga
orang; Asisten Setdakab Idarussalam serta dua Staf Ahli Bupati > Dewi
Roslaini dan Taslim.
Ke-5
OPD itu itu adalah Sekretariat Daerah dengan sepuluh bagian administrasi, Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM), Badan Perencanaan,
Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda), Satuan Polisi Pamong Praja
dan Badan Pengelola Keuangan Daerah.
Berbicara
tentang apel (pagi / sore) – kegiatan aparatur berbaris di depan kantor guna
menunjukkan dan melaporkan kehadiran kepada atasan yang memimpin – ada hal
ironis yang hendak saya bahas; hal yang terjadi nyaris pada semua unit kerja,
baik pemerintahan maupun swasta; hal yang semestinya tidak perlu terjadi jika
atasan yang memimpin apel merupakan pribadi yang cerdas.
Berdasarkan
pemantauan saya selama bertahun-tahun di berbagai daerah dan unit kerja serta
keluhan yang saya terima dari banyak pegawai atau karyawan, kegiatan apel
sepertinya menjadi ajang penyiksaan
psikologis bagi pegawai atau karyawan yang mengikuti, entah disadari oleh
atasan yang memimpin atau tidak. Akibatnya banyak yang enggan mengikuti apel.
Bagaimana
tidak! Kegiatan apel, selain berupa laporan jumlah anggota dan jumlah yang hadir
oleh komandan regu, biasanya juga berisi
amanat pejabat atasan yang memimpin. Masalahnya, materi amanat atau pengarahan
yang disampaikan inilah yang cenderung tidak cerdas.
Mengapa
saya sebut tidak cerdas? Sebab, kebanyakan pemimpin atau inspektur apel cenderung
memanfaatkan kesempatan ketika memberi pengarahan itu untuk memarahi pegawai /
aparatur atau karyawan yang tidak hadir. Tak hanya sekadar menyentil, tetapi
cenderung berpanjang-lebar, terkesan seperti memuntahkan uneg-uneg.
Akibatnya,
tentu saja aparatur atau karyawan yang hadir atau mengikuti apel merasa tidak
nyaman, tertekan bahkan tersiksa. Sebab, kemarahan itu tidak tertuju untuk
dirinya tetapi terpaksa mendengarnya. Lebih celaka lagi, pengarahan dengan
materi yang sama atau senada sering mereka terima lantaran disampaikan
berulang-kali.
Selayaknya,
kalau akan memimpin apel juga, pikirkan atau konseplah untaian kalimat
inspiratif yang dapat memotivasi aparatur atau karyawan supaya bekerja lebih
rajin, lebih disiplin serta lebih kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan
kinerja dan karya-karya bermanfaat untuk masyarakat atau perusahaan. Jika tak
mampu, tidak usahlah memberi pengarahan, cukup menerima laporan kehadiran saja
dari komandan regu.
Bagaimana
terhadap pegawai atau karyawan yang tidak disiplin lantaran jarang atau bahkan
tidak pernah mengikuti apel? Panggil mereka secara tertulis, minta berkumpul
dalam suatu kesempatan, lalu sasah atau marahilah mereka, sarankan dan minta
komitmen mereka untuk memperbaiki disiplin dan kinerja. Jika tidak mempan juga,
maka berlakukan adagium jika tidak bisa
dibina ya terpaksa dibinasakan sesuai perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku.
Ingat,
bangsa ini membutuhkan para pemimpin cerdas pada semua level dan institusi, bukan
para pejabat yang doyan melakukan pencitraan bodoh. (*****)
Mantap, dan yg perlu diketahui bahwa apel pagi bukanlah indikator yg dapat mempengaruhi disiplin kerja
BalasHapus