Foto ini dan beberapa foto
berikutnya menunjukkan para pelajar menunggu bus bantuan di Simpang BLKM
LUBUK
ALUNG, CanangNews – Pasca musibah ambruknya Jembatan Sikabu Lubuk Alung yang melintasi Sungai
Batang Anai, Senin pekan lalu, sejumlah wilayah di kawasan itu terisolasi. Untuk
menyeberangi sungai tersebut masyarakat harus jalan memutar hingga lebih dari
10 km melalui Jembatan Bukit Lubuk Alung.
Sebagai langkah antisipasi, Pemerintah Kabupaten
Padang Pariaman melalui Dinas Perhubungan mengoperasikan satu unit bus untuk
mengangkut sekitar seratus lebih pelajar, guru-guru dan petugas medis dari pinggir Jalan Raya
Padang – Bukittinggi (dikenal dengan Simpang BLKM – red) menuju SMPN 2 Lubuk
Alung, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Sikabu dan beberapa SD di Kawasan
Lubuk Alung Timur itu dan sebaliknya – mengangkut para pelajar SMA Batang Anai
serta para pegawai yang berdomisili di Nagari Sikabu dan sekitarnya ke pinggir
Jalan Raya Padang – Bukittinggi.
Namun, sebagaimana informasi yang diperoleh wartawan
CanangNews, bus tersebut tidak
datang, Selasa (22/8/2017). Akibatnya, lebih dari seratus pelajar, guru,
pegawai dan petugas medis jadi terlantar, baik dari dalam ke luar maupun dari
luar ke dalam.
Informasi yang beredar tentang penyebab
ketidakdatangan armada bus bantuan milik pemerintah itu pun beragam. Ada yang
menyebut karena ketiadaan biaya operasional untuk membeli bahan bakar minyak.
Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2
Lubuk Alung Thamrin Koto yang dihubungi wartawan CanangNews melalui telepon selulernya tidak membantah hal itu. Dia
mengakui, dari sekitar 400 siswanya, sekitar 50 siswa di antaranya berdomisili
di Kawasan Simpang BLKM dan sekitarnya.
“Sebelum jembatan itu ambruk, mereka ke sekolah naik
sepeda motor ojek dengan ongkos berkisar Rp3.000 sekali jalan dengan jarak
sekitar 2,5 km. Akan tetapi, setelah jembatan ambruk, mereka harus jalan
memutar via Pasar Lubuk Alung, Singguliang, Koto Buruak dan baru sampai ke
sekolah. Kalau naik sepeda motor ojek ongkosnya bisa mencapai Rp20 ribu sekali
jalan,” ujarnya.
Setelah menunggu-nunggu tetapi bus bantuan tak
datang juga, para pelajar SMPN 2 Lubuk Alung akhirnya kembali pulang ke rumah,
beberapa siswi malah terlihat menangis. “Sedangkan guru-guru dan pegawai tata
usaha saya haruskan tetap ke sekolah meski naik sepeda motor ojek via Pasar
Lubuk Alung,” kata pria dengan sapan Don ini.
Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Kabupaten Padang
Pariaman H Hanibal SE MM yang dikonfirmasikan wartawan CanangNews, Selasa (22/8/2017) sore, tidak menampik adanya
informasi bus bantuan yang tidak datang tersebut. Namun, ia membantah jika
penyebabnya ketiadaan biaya operasional.
“Segera setelah jembatan itu ambruk, Pak Bupati
langsung memerintahkan Kepala Dinas Perhubungan Budi Utama supaya
mengoperasionalkan bus milik pemkab (pemerintah kabupaten –red) untuk
mengangkut para pelajar, guru-guru, pegawai dan petugas puskesmas yang selama
ini menggunakan jembatan itu. Begitu pula sebaliknya,” ujar Hanibal.
Ditanya mengapa bus tidak datang Selasa pagi,
Hanibal menyebutkan, dia memperoleh informasi dari Kepala Dinas Perhubungan
bahwa sopirnya ketiduran atau telat bangun pagi.
“Mulai Rabu besok dan seterusnya bus bantuan akan
kembali beroperasional seperti biasa,” katanya lagi. Hanibal pun menyatakan
kesediaannya meminta Dinas Perhubungan mengoperasikan minimal dua unit bus
bantuan; satu stand by di Simpang BLKM, satu lagi di Sikabu untuk membawa
pelajar SMA dan para pegawai ke luar. Begitu pula siangnya, mengantar mereka
setelah usai jam sekolah / jam kerja.
Ia juga menambahkan, pemkab sudah mulai membangun
jembatan darurat pada bekas jembatan yang ambruk tersebut yang dia perkirakan
selesai dalam dua minggu ke depan. “Jembatan darurat itu minimal bisa dilewati
pejalan kaki dan sepeda motor,” cetus Hanibal.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, jembatan itu
ambruk – Senin (14/8/2017) sore – ketika dilewati truk bermuatan bahan galian
golongan C, minibus dan beberapa sepeda motor > http://www.canangnews.com/2017/08/ambruk-jembatan-sikabu-lubuk-alung.html
(ZT)