Laporan
Andri Satria Masri
Asisten II
Setdakab Netty Warni (kiri) bersama rombongan
TIM Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padang Pariaman lakukan
studi tiru Pengelolaan Pariwisata ke Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur.
Studi tiru tersebut bersamaan dengan
studi komparatif Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar ke tempat yang sama bersama
beberapa Kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah –red) Provinsi Sumbar dan
Kepala OPD seluruh kabupaten/kota di Sumbar yang membidangi urusan
kepariwisataan.
Jadilah rombongan studi tiru Pemkab
Padang Pariaman bergabung dengan rombongan Studi Komparatif Strategi Percepatan
Pembangunan Pariwisata Tahun 2017 Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar menuju
Banyuwangi, Rabu (4/5/2017).
Rombongan besar dari Sumbar yang
dipimpin Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) Ir Syafruddin
berjumlah 37 orang. Sementara dari Padang Pariaman sembilan orang yang dipimpin
Asisten II Setdakab Netty Warni.
Ikut dalam rombongan Padang Pariaman
adalah Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Jon Kenedi, Kepala Dinas
Penanaman Modal Pelayanan Terpadu dan Perindustrian Hendra Aswara, Kabag
Organisasi dan RB Teguh Widodo, Kabag Humas dan Protokol Andri Satria Masri
(penulis), Kabid Pengembangan Pariwisata Wiwiek Herawati, Kabid Pendapatan BPKD
(Badan Pengelola Keuangan Daerah – red) Tripita Olina, Kabid Ekonomi
Bapelitbangda dan Kasi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Dinas
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Erizal.
Di Kantor Bupati Banyuwangi, secara
bersamaan pula, rombongan Kabupaten Pemalang berjumlah 160 orang sudah lebih
dahulu hadir dipimpin langsung Sekretaris Daerahnya. Seluruh rombongan disambut
oleh Asisten Administrasi Pemerintahan Banyuwangi Choirul Ustadi Yudawanto
bersama sejumlah Kepala OPD.
Berdasarkan informasi Choirul, Bupati
Azwar Anas sedang dinas ke Aceh mengikuti Pernastani. Sementara Wabup menutup
acara TMMND, sehingga dia bersama Kepala OPD menyambut rombongan tamu yang
berjumlah total 206 orang.
Ketika menyampaikan maksud tujuan
Pemkab Padang Pariaman memilih Kabupaten Banyuwangi sebagai lokasi studi
komparatif, Asisten II Netty Warni menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
berhasil mengembangkan sektor kepariwisataan dan mendongrak perekonomian dan
kesejahteraan masyarakatnya.
"Dalam kurun waktu 5 – 6 tahun
belakangan, Banyuwangi dinilai pemerintah pusat berhasil mengelola
pariwisatanya bahkan berhasil meraih penghargaan Inovasi Kebijakan Publik dan
Tata Kelola Pemerintahan di Bidang Pariwisata Terbaik Sedunia versi Badan
Pariwisata PBB, UNWTO Award di Madrid tahun 2016 lalu," jelas Netty Warni
diamini Jon Kenedi.
Andri Satria Masri (kedua dari kiri) bersama rombongan
Selain itu, lanjut Netty, Banyuwangi
berhasil keluar dari image buruk sebagai daerah yang dikenal daerah klenik dan
praktek santet menjadi tujuan wisatawan lokal dan internasional.
Dari segi administrasi pemerintahan,
Banyuwangi juga memperoleh nilai SAKIP / LAKIP (Sistem / Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan – red) dari C menjadi A.
"Ini loncatan luar biasa bagi
sebuah daerah," sebut Netty mengaku kagum yang dibenarkan Kabag Organisasi
Teguh.
"Kita saja, dari CC ke B saja
luar biasa sulitnya," timpal Teguh sambil tercenung.
"Sudah tepat kiranya kita
mengunjungi dan meniru keberhasilan Banyuwangi untuk kita terapkan di Padang
Pariaman nantinya," harap Jon Kenedi bersama Hendra Aswara.
Dalam penjelasan Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi tentang pembangunan bidang kepariwisataan dimulai dengan mem-branding daerah yang dulunya dikenal
sebagai daerah klenik, santet, tempat cari keris. Sebagai daerah paling ujung
Jawa Timur, Banyuwangi hanya dikenal sebagai daerah penyeberangan ke Pulau
Bali. Daerahnya panas, tidak nyaman, paling kotor di Pulau Jawa. Branding yang
dipilih oleh Banyuwangi adalah The
Sunrise of Java.
Sejak awal kepemimpinannya, Bupati Abdullah
Azwar Anas langsung melakukan konsolidasi luar biasa dengan seluruh
aparaturnya. Aparatur yang tidak mau melakukan perubahan dibina, bagi yang
tidak bisa dibina diganti dengan yang lain sehingga semangat perubahan terjadi
di seluruh ASN (aparatur sipil negara – red).
Dalam membangun pariwisata, jelas Asisten
Administrasi Pemerintahan Banyuwangi Choirul Ustadi Yudawanto, Bupati Abdullah
Azwar Anas membentuk Supertim, bukan
Superman. Sehingga seluruh program dan permasalahan bisa terpecahkan dan
terselesaikan dengan Supertim.
"Kami tidak memakai event organizer lagi dalam mengerjakan
sebuah kegiatan besar, namun saling bekerjasama dalam Supertim yang terdiri
dari seluruh OPD," jelas mantan pegawai di Kabupaten Solok itu.
Sebagai contoh, lebih jauh Choirul,
pelaksanan Tour de Banyuwangi
dikerjakan secara bersama tanpa memandang bahwa kegiatan tersebut kegiatan
Dinas Pariwisata Olahraga.
Alhasil, stigma Banyuwangi sebagai
daerah santet dan terasing kini perlahan-lahan mulai sirna. Kabupaten paling
timur di Pulau Jawa itu kini tumbuh menjadi destinasi wisata dunia.
Adalah Abdullah Azwar Anas, sang bupati,
yang selama empat tahun terakhir mengubah wajah Banyuwangi. Banyuwangi kini
dikenal sebagai kota festival. Puluhan festival digelar dalam setahun di Kabupaten
Osing itu. Tercatat 72 festival digelar tahun 2017 ini.
Usai mendengarkan penjelasan rahasia
sukses keberhasilan Banyuwangi membangun ekonomi dan kesejahteraan warganya
melalui bidang kepariwisataan, Netty Warni bersama anggota bertekad
menindaklanjuti hasil studi sepulang nantinya.
"Dalam hitungan hari, akan kita
tindaklanjuti dengan pertemuan seluruh stakeholder kemudian dirumuskan dalam
aksi tindak lanjut membenahi kepariwisataan di Padang Pariaman," ujar Netty.