Pendongeng
Nasional Mulyadi Yulianto SPt alias Kak Imung
Pariaman,
CanangNews – Banyak cara yang dapat dilakukan perguruan tinggi untuk
mengaplikasikan pengabdian masyarakat sebagai bagian tri dharma. Tak hanya
melakukan kuliah kerja nyata atau praktek lapangan, mewadahi anak-anak panti
asuhan untuk mendapatkan dongeng segar dan mendidik pun termasuk di antaranya.
Inilah yang sedang digarap Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah Syekh Burhanuddin (STIT SB) Pariaman. Menurut Rasyidah
MPd, ketua STIT SB, pihaknya akan menghadirkan Pendongeng Nasional Kak Imung
untuk berbagi ilmu di depan sekitar 500 anak panti asuhan.
“Insya Allah, Kak Imung akan hadir di
Aula STIT SB Senin 1 Mei 2017 besok mulai pukul 08.30 WIB. Kami pun sudah menghubungi
delapan unit panti asuhan yang tersebar di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang
Pariaman. Semua pengelola sudah menyatakan kesediaan untuk mendatangkan anak
asuh mereka,” ujar Rasyidah yang akrab dengan sapaan Umi.
Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah Syekh Burhanuddin (STIT SB) Pariaman, Rasyidah MPd
Dia memperkirakan akan datang sekitar
500 anak panti asuhan, termasuk anak-anak yang berdomisili di sekitar
lingkungan Kampus STIT SB. “Kami akan menyediakan makan dan minuman ringan
kepada anak-anak serta souvenir ketika merreka hendak kembali ke panti asuhan,”
kata Umi yang didampingi Pembantu Ketua III STIT SB Bidang Kemahasiswaan dan Pengabdian Masyarakat, Neni Triana MA.
Untuk menyelenggarakan kegiatan
tersebut, lanjut Umi, pihaknya memperkirakan akan menelan biaya mencapai Rp25
juta. Sumber dana berasal dari partisipasi dosen-dosen STIT SB serta donatur
lain seperti perbankan yang sudah menyatakan kesediaan.
Sebagaimana dikutip dari http://datapendongeng.blogspot.co.id/2008/07/kak-imung.html, nama asli dia adalah Mulyadi Yulianto SPt.
Pria kelahiran 10 Juli 1970 ini merupakan alumnus Fakultas Peternakan
Universitas Soedirman dan berdomisili di Kota Purwokerto, Jawa Tengah.
Kak Imung sedang
mendongeng di depan 150 anak di Purwokerto
Profesinya sebagai pendongeng
menyebabkan dia harus berkeliling setiap hari, baik di Taman Pendidikan Al-Qur’an,
masjid maupun sekolah. Pada hari libur, bahkan dua kali dia harus mendongeng,
yakni pagi dan sore. “Permintaan banyak sekali, kalau dipenuhi bisa sehari tiga
kali,” ujarnya.
Kak Imung mengaku senang dan bangga
bisa membuat anak senang dan bersemangat belajar agama. Anak-anak adalah
generasi yang harus mendapat pendidikan agama. Untuk mengajar mereka perlu
metode khusus. Selama ini kebanyakan yang dipakai adalah metode untuk orangtua.
(zast)