Walinagari Budiman SP (kiri) menyerahkan
bantuan kepada Pengelola PAUD, Yeni
PADANG PARIAMAN, CanangNews – Pernah Berjuluk tampang tak sudah, Kenagarian Lubuk
Pandan di Kecamatan 2x11 Enam Lingkung – Kabupaten Padang Pariaman sejak
beberapa tahun terakhir maju pesat dalam berbagai sektor pembangunan. Tak hanya
fisik, sektor non fisik pun tidak ketinggalan.
Menapaki
tahun 2017, Walinagari Lubuk Pandan Budiman SP telah melaksanakan sejumlah
kegiatan. Dengan dukungan seluruh elemen masyarakat, pelaksanaan musyawarah
perencanaan pembangunan (musrenbang) untuk tahun 2018 berlangsung penuh
semangat.
“Alhamdulillah...
semua unsur masyarakat proaktif mengemukakan usulan kegiatan untuk tahun
depan,” ujar Budiman kepada CanangNews, Jumat
(3/2/2017). Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Andalas ini menambahkan,
musrenbang yang berlangsung sehari penuh, Senin (30/1/2017), dibuka Wakil
Bupati Suhatri Bur Dt Putiah serta dihadiri Wakil Ketua DPRD Mothia Azis Dt
Yang Basa dan Camat Drs Azwarman MSi.
Sepanjang
tahun 2016 lalu, lanjut Budi, Nagari Lubuk Pandan berhasil melaksanakan
berbagai program pembangunan dan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Di
samping itu, pembangunan lantai dua kantor walinagari pun selesai pula.
“Hal
yang menggembirakan, kita berhasil meraih prestasi sebagai peringkat II
Pemeringkatan Badan Publik oleh Komisi Informasi Sumbar. Atas prestasi ini,
kita menerima piagam penghargaan
dan piala yang diserahkan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Eko Putro Sandjojo di Hotel Bumiminang, Kota Padang, Kamis
(8/9/2016),” papar pria kelahiran 4 Desember 1977 ini.
Menurutnya,
keberhasilan pembangunan hanya bisa diraih jika penyelenggara pemerintahan
bekerja dengan keterbukaan informasi yang dapat diakses publik. Oleh karena
itu, dengan dukungan anak nagari sebagai tim teknologi informasi, Budi
menggagas website http://www.lubukpandan.com/ yang berisi beragam
konten.
Menjawab
pertanyaan wartawan, Budi menyebutkan, untuk tahun 2017 Nagari Lubuk Pandan
memperoleh kucuran Alokasi Dana Nagari (ADN) dari Pemerintah Kabupaten Padang
Pariaman Rp821 juta dan Alokasi Dana Desa (ADD) dari Pemerintah Pusat Rp800
juta. “Angka itu baru bocoran, belum informasi resmi,” katanya menimpali.
Dibanding
tahun 2016 besaran alokasi tersebut memang menurun. Hal itu, jelas Budi yang
didampingi Sekretaris Nagari Melsy Anrani, mungkin imbas dari pemekaran dan
penambahan 43 nagari di Kabupaten Padang Pariaman terhitung sejak 14 Oktober
2016. Tahun 2015 Nagari Lubuk Pandan memperoleh ADN Rp1,112 miliar dan ADD
Rp652 juta.
Mengingat
banyaknya desakan pembangunan yang diajukan masyarakat, Budiman meminta
dukungan perantau asal Lubuk Pandan dalam bentuk bantuan dana kegiatan,
termasuk berupa beasiswa kepada para pelajar berprestasi tetapi berasal dari
keluarga miskin. Selain itu, pembangunan kantor walinagari masih membutuhkan
dana sekitar Rp300 juta.
Nagari Lubuk Pandan berpenduduk 6.400 jiwa dengan sumber mata pencarian mayoritas penduduk beternak berbagai jenis ikan air tawar. Mereka tersebar pada lima wilayah korong, yakni Balai Satu, Kiambang, Padang Bukik, Kampung Panyalai dan Kampung Guci. Sekitar lima ribu jiwa lainnya berdomisili dan berusaha di berbagai daerah rantau di Indonesia.
Kantor Walinagari Lubuk Pandan dengan dua lantai, berdiri megah di Korong Balai Satu
Nagari Lubuk Pandan berpenduduk 6.400 jiwa dengan sumber mata pencarian mayoritas penduduk beternak berbagai jenis ikan air tawar. Mereka tersebar pada lima wilayah korong, yakni Balai Satu, Kiambang, Padang Bukik, Kampung Panyalai dan Kampung Guci. Sekitar lima ribu jiwa lainnya berdomisili dan berusaha di berbagai daerah rantau di Indonesia.
Budi menjelaskan, perantau asal Lubuk Pandan sudah banyak yang menuai sukses,
terutama di Jakarta, di antaranya sebagai pengusaha rumah makan, busana
muslimah dan general manajer pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Mereka
berhimpun dalam organisasi Ikatan Keluarga Kenagarian Lubuk Pandan
(IKKLP).
Catatan: julukan
tampang tak sudah pernah melekat pada Nagari Lubuk Pandan pada dekade 1980-an.
Hal ini disebabkan semangat masyarakatnya dalam bergotong-royong pada awal
program sangat rendah, tetapi membubung pada saat-saat terakhir. Sekarang sudah
tak demikian. Seluruh elemen masyarakat melibatkan diri secara aktif sejak
mulai membuat perencanaan, melaksanakan kegiatan sesuai tahapan serta melakukan
monitoring dan evaluasi. (Zast)