Lampung Tengah,Canangnews--Tim
delegasi penjemputan pahlawan revolusioner Ibrahim Datuk Tan Malaka, yang terdiri
dari para tokoh masyarakat dan pemangku adat sudah sampai di Kabupaten Lampung Tengah,
Provinsi Lampung, Sabtu (18/2) pagi.
"Pagi tadi tim delegasi sudah tiba di Lampung, tepatnya di Kabupaten Lampung Tengah. Alhamdulillah, kami disambut secara adat oleh Bupati, Ir Mustafa, bersama jajaran di rumah dinas beliau. Sebuah kehormatan besar bagi kami, sepanjang perjalanan menuju Kediri," kata Panitia Tim Delegasi, Mai Nanda, ketika dihubungi wartawan melalui telepon genggamnya, Sabtu siang.
Menurut Mai Nanda, prosesi penyambutan tim delegasi Tan Malaka, berlangsung sakral dalam balutan seremoni adat. Penyambutan juga diikuti kerapatan Raja-Raja Lampung serta Gusti Pangeran Raja Adipati (KGPRA) Arya Djipang II Barik Barlian, atau Raja Djipang II dari Cepu, Kabupaten Blora. Sejumlah pemangku adat Kelarasan Bungo Satangkai, yang ikut dalam rombongan bersama para bundo kanduang, memakai pakaian adat Minangkabau.
Disamping pemberian ucapan do'a bagi keselamatan dan pembekalan bagi rombongan tim delegasi, sebut Mai Nanda, pihak pemerintah kabupaten Lampung Tengah juga sempat menganugerahi gelar adat, kepada Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan dan sejumlah penghulu. Gelar kerabat kerajaan dari para Raja Lampung itu bernama "Sutan Purnama Agung".
Pemberian gelar ditandai penyematan lencana kerajaan oleh Bupati Lampung Tengah, Ir Mustafa. Adapun sebagai balasan, pemangku adat Kelarasan Bungo Satangkai juga menganugerahi gelar "Sutan Rajo Mudo" kepada Bupati Ir Mustafa, sebagai bentuk jalinan kekerabatan adat antara Lampung Tengahdan Limapuluh Kota. "Alhamdulillah, banyak berkah di sepanjang perjalanan kami," tutur Mai Nanda.
Kepada rombongan, Bupati Lampung Tengah, tambah Mai Nanda, sempat menyampaikan apresiasi serta dukungan atas rencana penjemputan gelar adat Datuk Tan Malaka ke Kediri. Tan Malaka, merupakan seorang tokoh besar nasional pendiri republik, yang mana kiprah dan pemikirannya belum tersiar luas dalam catatan sejarah.
"Pagi tadi tim delegasi sudah tiba di Lampung, tepatnya di Kabupaten Lampung Tengah. Alhamdulillah, kami disambut secara adat oleh Bupati, Ir Mustafa, bersama jajaran di rumah dinas beliau. Sebuah kehormatan besar bagi kami, sepanjang perjalanan menuju Kediri," kata Panitia Tim Delegasi, Mai Nanda, ketika dihubungi wartawan melalui telepon genggamnya, Sabtu siang.
Menurut Mai Nanda, prosesi penyambutan tim delegasi Tan Malaka, berlangsung sakral dalam balutan seremoni adat. Penyambutan juga diikuti kerapatan Raja-Raja Lampung serta Gusti Pangeran Raja Adipati (KGPRA) Arya Djipang II Barik Barlian, atau Raja Djipang II dari Cepu, Kabupaten Blora. Sejumlah pemangku adat Kelarasan Bungo Satangkai, yang ikut dalam rombongan bersama para bundo kanduang, memakai pakaian adat Minangkabau.
Disamping pemberian ucapan do'a bagi keselamatan dan pembekalan bagi rombongan tim delegasi, sebut Mai Nanda, pihak pemerintah kabupaten Lampung Tengah juga sempat menganugerahi gelar adat, kepada Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan dan sejumlah penghulu. Gelar kerabat kerajaan dari para Raja Lampung itu bernama "Sutan Purnama Agung".
Pemberian gelar ditandai penyematan lencana kerajaan oleh Bupati Lampung Tengah, Ir Mustafa. Adapun sebagai balasan, pemangku adat Kelarasan Bungo Satangkai juga menganugerahi gelar "Sutan Rajo Mudo" kepada Bupati Ir Mustafa, sebagai bentuk jalinan kekerabatan adat antara Lampung Tengahdan Limapuluh Kota. "Alhamdulillah, banyak berkah di sepanjang perjalanan kami," tutur Mai Nanda.
Kepada rombongan, Bupati Lampung Tengah, tambah Mai Nanda, sempat menyampaikan apresiasi serta dukungan atas rencana penjemputan gelar adat Datuk Tan Malaka ke Kediri. Tan Malaka, merupakan seorang tokoh besar nasional pendiri republik, yang mana kiprah dan pemikirannya belum tersiar luas dalam catatan sejarah.
Wabup Ferizal Ridwan sebagai kepala rombongan mengaku
tersanjung oleh penyambutan dan dukungan pemkab Lampung Tengah bersama
kerapatan Raja-Raja Lampung dan Nusantara. Niat penjemputan Tan Malaka ke
Kabupaten Kediri, katanya, murni atas dasar kepedulian masyarakat, terhadap
kelangsungan kepemimpinan adat Kelarasan Bungo Setangkai serta pengembalian
hak-hak kepahlawanan Tan Malaka.
Sebab, Tan Malaka ialah seorang pucuk adat atau raja yang membawahi 142 niniak mamak/kepala kaum (suku) pada dua wilayah kecamatan di Limapuluh Kota. Pada Tahun 1963 berdasarkan Keppres 53 Tan Malaka sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli sejarah, salah satunya sejarawan asal Belanda, Harry Poeze, berhasil mengungkap keberadaan makam Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kabupaten Kediri. Sehingga, karena keraguan, pada 2007 pihak keluarga dan kaum berkeinginan melakukan tes DNA atas jasad di makam dimaksud, guna memastikan kebenaran atas jasad sang Datuk.
"Tidak hanya dari hasil tes DNA, yang mana dari 14 item bagian jasad yang diuji, 9 item dipastikan positif Tan Malaka. Uji lainnya juga sudah dilakukan secara metafisika (supranatural) dan menyatakan jika makam di lereng Gunung Wilis itu benar Tan Malaka. Jadi, tidak ada kerguan lagi, bagi pihak keluarga serta ahli waris," sebut Ferizal.
Mengetahui itu, pihak ahli waris dan kaum Datuk Tan Malaka di Kelarasan Bungo Setangkai, menginginkan agar gelar raja diturunkan kepada ahli warisnya, Hengky Novaron, yang merupakan generasi ke-tujuh dari pewaris gelar Datuk Tan Malaka sebelumnya. Kepada unsur pemerintah Lampung Tengah, Ferizal tak lupa meminta do'a, agar prosesi "malewakan gelar" di Kediri berjalan lancar.
Menurutnya, rombongan tim delegasi diperkirakan akan sampai di Kediri Senin (20/2). Di Kediri, nantinya digelar prosesi adat diantaranya "menyalin baju" atau pengambilan gelar adat, hingga prosesi agama, mulai dari khaul, do'a dan dzikir hingga sholat Ghoib bersama para kiyai dan ulama Ponpes Lirboyo.
"Prosesi khaul dan dzikir Insya Allah dimulai Selasa (21/2), mengingat Tan Malaka Gugur pada 21 Februari 1949. Selain rombongan berjumlah 150 orang dari Sumatera Barat, prosesi ini nanti akan dihadiri para penggiat dan pengagum Tan Malaka dari Jakarta dan berbagai daerah di Pulau Jawa, termasuk sejumlah anggota DPR RI hingga para pejabat di kementerian," tutur Ferizal. (Sardi)
Sebab, Tan Malaka ialah seorang pucuk adat atau raja yang membawahi 142 niniak mamak/kepala kaum (suku) pada dua wilayah kecamatan di Limapuluh Kota. Pada Tahun 1963 berdasarkan Keppres 53 Tan Malaka sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli sejarah, salah satunya sejarawan asal Belanda, Harry Poeze, berhasil mengungkap keberadaan makam Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kabupaten Kediri. Sehingga, karena keraguan, pada 2007 pihak keluarga dan kaum berkeinginan melakukan tes DNA atas jasad di makam dimaksud, guna memastikan kebenaran atas jasad sang Datuk.
"Tidak hanya dari hasil tes DNA, yang mana dari 14 item bagian jasad yang diuji, 9 item dipastikan positif Tan Malaka. Uji lainnya juga sudah dilakukan secara metafisika (supranatural) dan menyatakan jika makam di lereng Gunung Wilis itu benar Tan Malaka. Jadi, tidak ada kerguan lagi, bagi pihak keluarga serta ahli waris," sebut Ferizal.
Mengetahui itu, pihak ahli waris dan kaum Datuk Tan Malaka di Kelarasan Bungo Setangkai, menginginkan agar gelar raja diturunkan kepada ahli warisnya, Hengky Novaron, yang merupakan generasi ke-tujuh dari pewaris gelar Datuk Tan Malaka sebelumnya. Kepada unsur pemerintah Lampung Tengah, Ferizal tak lupa meminta do'a, agar prosesi "malewakan gelar" di Kediri berjalan lancar.
Menurutnya, rombongan tim delegasi diperkirakan akan sampai di Kediri Senin (20/2). Di Kediri, nantinya digelar prosesi adat diantaranya "menyalin baju" atau pengambilan gelar adat, hingga prosesi agama, mulai dari khaul, do'a dan dzikir hingga sholat Ghoib bersama para kiyai dan ulama Ponpes Lirboyo.
"Prosesi khaul dan dzikir Insya Allah dimulai Selasa (21/2), mengingat Tan Malaka Gugur pada 21 Februari 1949. Selain rombongan berjumlah 150 orang dari Sumatera Barat, prosesi ini nanti akan dihadiri para penggiat dan pengagum Tan Malaka dari Jakarta dan berbagai daerah di Pulau Jawa, termasuk sejumlah anggota DPR RI hingga para pejabat di kementerian," tutur Ferizal. (Sardi)