Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan setempat Jefrizal, di Solok, Kamis,kemaren kepada wartawan menyebutkan keberhasilan daerah itu dalam menekan aksi pembalakan liar tidak terlepas dari upaya bersama yang dibangun petugas polisi hutan dengan masyarakat.
Pada 2015 kasus pembalakan hutan secara liar masih ditemukan beberapa kasus, namun dengan ketatnya pengawasan melibatkan masyarakat setempat akhirnya kasus yang sama tidak ditemukan lagi pada 2016.
Ia menjelaskan pola pengelolaan hutan melibatkan masyarakat dengan membina dan mengarahkan mereka tidak merusak hutan baik disengaja maupun tidak.
Kalaupun ada pemanfaatkan hasil hutan yang ada di sekitar permukiman warga diupayakan jangan sampai merusak.
Mendorong program Hutan Kemasyarakatan (HKM) untuk daerah Laing dan Payo, membuat talasering di kawasan hutan dengan tanaman-tanaman keras yang nanti fungsinya menjadi hutan rakyat yang bisa diproduksi.
Ia menyebutkan ada dua jenis hutan di Kota Solok yaitu hutan suaka alam seluas 770 hektare di daerah Payo, Kelurahan Tanah Garam, dan hutan lindung seluas 343 hektare di daerah Payo dan Laing dengan total keseluruhan 1.113 hektare.(**)
